Keberkahan Cinta Ibrahim, Ismail, dan Hajar
" Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. " (QS Ibrahim [14]:37)
Al-Qur’an bercerita tentang perjalanan panjang cinta anak dan bapak, seperti halnya Ismail dan Ibrahim. Cinta ini bermula dari pernikahan suci antara Ibrahim dan Sarah. Selama 80 tahun pernikahannya terjalin, suami-istri tersebut belum membuahkan anak. Anak yang merupakan pambang dari buah cinta pasangan suami istri sekaligus sebagai penerus keturunan keduanya.
Dengan sabar dan penuh cinta Ibrahim setia mendampingi Sarah. Waktu 80 tahun bukanlah sebentar untuk mengukur kesetiaan pasangan cina. Dalam ukuran manusia normal, usia seperti ini telah mengantarkan pada usia renta. Namun, cinta Ibrahim tidak pernah usang di tempa zaman, tidak pudar dimakan usia. Cinta ini tetap segar dan mereka walaupun keduanya tidak dikaruniai anak.
Ketika Ibrahim a.s. pulang dari Mesir ke Palestina ditemani istri Beliau, Sarah dan juga Hajar, seorang wanita Mesir yang dihadiahkan oleh penguasa Mesir untuk membantu Sarah dan suaminya, mereka bertiga menetap di Baitul Maqdis, sebuah daerah yang di sekelilingnya diberkahi Allah Swt. Hari demi hari dan tahun demi tahun berjalan, Sarah telah tua, rambutnya beruban, dan tulang-tulangnya tidak lagi kuat. Adapun suami Sarah, Ibrahim, malah lebih tua beberapa tahun daripada Sarah.
Sarah memandang dirinya dan suaminya dengan pandangan iba. Sarah berkata dalam hati, “Ah, seandainya kami mempunyai anak yang membuat mata kami terhibur.”
Ibnu Asakir rahimatullah meriwayatkan hadits dengan sanad dari Abu Hurairah r.a. yang berkata, “Ibrahim tidak mempunyai anak karena istri beliau tidak bisa melahirkan. Ketika melihat hal demikian, Sarah menawarkan Hajar kepada Ibrahim, padahal ia menolak bertindak seperti itu karena rasa cemburu ada padanya."
Pada masa-masa terakhir, Sarah terlihat lebih mementingkan suaminya daripada dirinya sendiri. Begitupula dengan keinginan Ibrahim, suaminya, untuk mempunyai anak. Ia tahu bahwa dirinya adalah wanita mandul yang tidak bisa melahirkan. Itulah kehendak Allah yang Maha Tinggi dan Maha Bijaksana.
Sarah memantau Hajar. Ternyata ia sedang meneruskan ibadah dengan shalat, amal perbuatan dengan keshalihan, dan mengerjakan pekerjaannya dengan sangat baik dan sabar.
Hari-hari itu terasa amat sederhana. Hajar tidak tahu persis apa yang sedang berkecamuk di pikiran Sarah. Hajar hanya meneruskan ibadan dan pekerjaannya hingga ia menjadi wanita suci dan hatinya menyatu dengan Allah Azza wa Jalla.
Hajar selalu beribadah kepada Allah karena taat kepada-Nya, agar Allah ridha kepadanya, mengarahkannya untuk menambah kemanisan ibadah dan menguatkan iman di hatinya. Sungguh hati Hajar khusyuk pada Allah Swt., takut dan tunduk pada-Nya. Karena itu Allah ridha padanya.
Pada saat-saat kejernihan iman, Sarah yang hatinya telah dibukakan Allah untuk menawarkan Hajar kepada Ibrahim berkata, “Wahai kekasih Allah, inilah Hajar, aku berikan kepadamu, mudah-mudahan Allah memberi kita anak keturunan darinya.”
Dalam suasana yang penuh dilematis seperti itu, Ibrahim pun teringat akan janji Allah bahwa Dia akan memberi beliau anak keturunan yang baik dan janji Allah itu pasti terjadi. Ibrahim setuju untuk menikah dengan Hajar. Janji Allah pun terwujudkan dan tidak lama kemudian Hajar hamil.
Saat-saat kelahiran anak Hajar semakin dekat. Tidak lama berselang, Hajar melahirkan anak yang sempurna dan suci yang diberi nama Ismail. Sarah terlihat sangat bahagia dengan kelahiaran anak yang tampan itu. Allah memasukka ke dalam hati Sarah cinta kepada Ismail karena Ismail adalah anak suaminya, Ibrahim, dan anak-mantan budak wanitanya.
Sarah menghadap kepada Allah dengan bersyukur dan memuji-Nya, “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan Ismail kepada kami.”
Wallohualambisshawab
(Dikutip dari Pesona Cinta Manusia Pilihan)
No comments:
Post a Comment