Saturday, September 10, 2016

Setelah Kena PHK, Jangan Buang Waktu buat Meratapi Nasib, Pertimbangkan Tips Ini!






Di dunia kerja yang fluktuatif ini yang namanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) bisa menimpa siapa aja dan kapan aja. Apalagi di tengah pertumbuhan ekonomi yang lesu saat ini dimana banyak perusahaan terus melakukan penyesuaian.

Tapi intinya, nggak ada orang yang mau kena PHK. Kalaupun ada, biasanya karena tahu kalau duit pesangonnya cukup gede buat buka usaha. Ya gak?

Bagi Indra yang udah 10 tahun bekerja di sebuah distributor produk kebutuhan rumah tangga, kata PHK seolah jauh dari dirinya. Ia tak pernah menyangka dirinya bakal mengalami pemutusan ini sampai beberapa bulan lalu.

Ia bingung soal nasib istri dan dua anaknya. Istrinya cuma membuka warung nasi uduk di depan rumah, sementara dua anaknya baru saja masuk SMP.


Dana pesangon bukan duit yang jatoh dari langit. Manfaatin seoptimal mungkin biar hidup nggak keteteran

Meratapi nasib tentu bukan opsi. Dapur harus tetep ngebul. Roda ekonomi keluarga tetep harus jalan. Indra tentu nggak siap jadi penganggur, tapi ia harus melakukan sesuatu. Indra percaya sukses setelah kena PHK bukan hal yang mustahil.

Tindakan Apa yang Musti Diambil Orang-Orang yang Bernasib Sama Seperti Indra?

Masalahnya, masih banyak dari kita yang nggak punya dana darurat. Alhasil, saat tulang punggung keluarga kehilangan penghasilan, mereka mengandalkan utang untuk menutup kebutuhan hidup.

Apa aja yang bisa dilakukan selama belum ada pekerjaan baru? Ada beberapa tips setelah kena PHK yang bisa berguna untuk survive.

1. Manfaatkan Dana Pesangon Seoptimal Mungkin

Jika dana darurat atau tabungan nggak mencukupi kebutuhan selama masa menganggur, mau nggak mau dana pesangon harus dimanfaatkan sebijak mungkin. Tahu dong kalau masalah pesangon sudah diatur di Undang-Undang Ketenagakerjaan no.13 tahun 2003 pasal 156 ayat 1:

“Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.”

Besaran pesangon tentu bervariasi dan disesuaikan dengan gaji pokok dan masa kerja. Nggak cuma dana pesangon doang yang bisa kamu terima, perusahaan juga wajib memberikan uang penghargaan masa kerja yang juga bergantung pada masa kerja.


Mencatat semua pengeluaran rutin adalah langkah awal mengatur keuangan. Penting biar keuangan keluarga nggak kacau

Kalo udah menghadapi masa darurat abis PHK dana pesangon tentu nggak boleh diumbar sembarangan. Pasalnya, kebutuhan hidup keluarga tetep harus dipenuhi selama masa mencari kerja baru.

Makanya menyusun prioritas pengeluaran sangat penting agar alokasi dana kebutuhan keluarga bisa tepat guna. Sebelum menyusun prioritas pengeluaran, ada baiknya memerhatikan poin-poin ini:

· Berapa total dana pesangon yang diterima

· Berapa dana darurat yang dimiliki?

· Total pengeluaran keluarga setiap bulan

· Berapa sisa utang yang harus dilunasi

Nah, setelah poin-poin tersebut dijabarkan, maka prioritas pengeluaran bisa disusun dan dijadikan patokan.

2. Atur Lagi Pengeluaran Rutin

Kalo prioritas udah disusun, sekarang saatnya mengatur pengeluaran rutin buat kebutuhan pokok termasuk pangan, papan, pendidikan dan utang/cicilan.

Jangan lupa pasang target berapa bulan dana pesangon itu bisa mencukupi pengeluaran rutin. Target ini juga berkaitan dengan keinginan untuk mulai kerja baru. Misalkan dana pesangon kamu cuma cukup buat memenuhi kebutuhan selama enam bulan, maka dalam jangka waktu itu kamu harus udah dapet kerjaan baru.

3. Prioritaskan Bayar Utang/Cicilan

Setelah menyisihkan dana untuk pengeluaran rutin, saatnya fokus dalam melunasi utang/cicilan. Jika dana pesangon yang diterima lumayan besar dan masih ada sisa setelah dikurangi dana pengeluaran rutin, usahakan untuk melunasi cicilan yang sedang berjalan. Yang jelas, pembayaran cicilan jangan sampai terganggu atau menunggak.


Kalo masih punya cicilan berjalan, prioritaskan dana buat melunasi, biar nggak ada denda atau penalti

Tapi bisa juga dana pesangon gak mencukupi buat bayar utang-utang. Kalau mentok begini, kamu bisa coba konsultasikan dulu ke pihak kreditur untuk minta keringanan, misalnya mengubah tenor pinjaman. Tapi kalau masih gak bisa juga, ya terpaksa jual aset. Mungkin punya perhiasan emas?

4. Mengubah Gaya Hidup

Susah emang mengubah gaya hidup. Tapi di tengah kondisi keluarga pasca-PHK, mau nggak mau ini wajib. Dilarang keras hidup konsumtif. Komunikasikan hal ini baik-baik dengan anggota keluarga lain, agar nggak shock.


Jajanan restoran emang menggiurkan, tapi kalo dalam masa prihatin masih maksa juga makan di restoran mahal, itu sama aja bunuh diri

Jika biasanya kamu merokok satu bungkus per hari, mungkin bisa dikurangin jadi satu bungkus per dua hari. Atau jika menu makanan sehari-hari biasanya pake daging sapi atau ayam, mungkin bisa diganti jadi ikan plus telur. Standar beras pun bisa diturunin selama masa survival ini.

Nurunin Standar Hidup? Gimana Caranya?

Gaji terakhir si Indra sebelum PHK mencapai Rp 9 juta. Biasanya dia mengalokasikan Rp 7,5 juta per bulan buat bayar tagihan/cicilan, makan, pendidikan, dsb.

Sisanya yang Rp 1,5 juta dia tabung dan kadang untuk kebutuhan darurat. Tapi sayang, uang tabungannya sudah habis buat bayar uang muka KPR tahun lalu.


Dengan sedikit kreativitas, bujet minimal pun tetap bisa menghasilkan masakan yang lezat buat orang rumah

Ini pengeluaran si Indra sebulan selama masih berpenghasilan:

Cicilan KPR: Rp 2juta

Kredit motor: Rp 1juta

Listrik/Air: Rp1juta

Makan: Rp 2,5juta

Rekreasi: Rp 500ribu

Transportasi: Rp 500ribu

Hal-hal yang nggak bisa diganggu gugat ya tentu saja cicilan KPR, kredit motor, listrik/air, makan sama transport.

Nah, setelah PHK, sudah jelas dia harus menghilangkan bujet rekreasi. Tapi untuk pengeluaran sandang pangan, dia dan istrinya memutar otak untuk menurunkan bujet jadi Rp 1,7juta saja.

Frekuensi makan tetap sama. Tapi mereka mengganti kebiasaan jadi selalu belanja ke pasar dan mengeliminasi kebiasaan delivery order restoran.

Otomatis, Indra dan keluarga jadi mengurangi pengeluaran sebulan menjadi:

Cicilan KPR: Rp 2juta

Cicilan kredit motor: Rp 1juta

Listrik/Air: Rp 1juta

Makan: Rp 1,7juta

Transportasi: Rp 500rib

Total = Rp 6,2juta

Perhitungan Indra ini berdasarkan target pemakaian uang pesangonnya. Target Indra adalah uang pesangon harus bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 12 bulan.

PHK memang nggak bisa diprediksi. Nah, kalo kamu memiliki dana darurat bisa sedikit lain ceritanya. Dana pesangon ini bakalan cuma jadi back-up dana darurat.

Maka dari itu, bak pepatah sedia payung sebelum hujan, persiapan dini sebelum kena PHK adalah penting buat menghindari krisis berkepanjangan. Jangan menutup diri dari penghematan dan penyisihan uang untuk investasi ya!

No comments:

Post a Comment