Monday, April 18, 2016

Asia Menggila: Kucuran Dana VC di Kuartal Pertama 2016 Meningkat Dua Kali Lipat







Prediksi menurunnya investasi tampaknya tak lebih dari predikisi belaka. Setidaknya untuk saat ini. Mengacu pada data milik Tech in Asia, pendanaan VC di Asia bertambah dua kali lipat pada kuartal pertama tahun ini, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

 

Bahkan data ini semakin menarik jika kita menguraikan jumlah investasi di setiap negara. Laju pertumbuhan investasi di Cina semakin pesat, dengan pendanaan VC yang meningkat dua kali lipat menjadi US$14,5 miliar (sekitar Rp191 triliun) pada kuartal tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lesunya pergerakan saham di Cina tampaknya tak memengaruhi para investor untuk menanam uangnya di sini.

Asia Tenggara mengalami pertumbuhan paling tinggi jika persentase yang jadi tolak ukurnya: Wilayah ini mengalami peningkatan 2,5 kali lipat menjadi US$478 juta (sekitar Rp6,3 triliun).

Asia Tenggara terus menguntit India, yang sedang mengalami tren penurunan yang tidak terlalu signifikan.

Meski demikian, total investasi VC di India bernilai US$818 juta (sekitar Rp10,7 triliun), jumlah tersebut masih dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan Asia Tenggara.
Menggeliatnya industri biotech

Salah satu hal menarik lainnya yang kami temukan adalah ketika kami mencari tahu industri dengan pertumbuhan investasi VC paling pesat: Biotech.

 

Kerja sama dalam bidang biotech banyak melibatkan startup asal Israel dan Cina. Namun, ada satu nama dari Singapura yang patut kamu ketahui: Aslan Pharmaceutical.

Perusahaan yang mengembangkan ilmu terapi bagi tumor ini telah meraih investasi sebesar US$34 juta (sekitar Rp448 miliar) pada putaran pendanaan Seri-C yang dipimpin oleh Temasek Holdings, anak perusahaan investasi kepunyaan pemerintah Singapura.

Startup lain yang layak kita perbincangkan adalah Prenetics dari Hong Kong. Dengan kucuran dana sebesar US$10 juta (sekitar Rp132 miliar) dari raksasa asuransi asal Cina, startup ini mengembangkan sebuah platform tes agar tenaga medis memastikan resep yang diracik untuk pasien diberikan secara presisi (jenis dan dosis obat yang tepat).

Namun, menyangkut urusan jumlah dan banyaknya investasi, apa yang diraih industri biotech masih terbilang kecil di benua ini.
Awal baru bagi industri transportasi di Cina?

Startup logistik dan transportasi mendapat kucuran dana melimpah pada kuartal pertama tahun ini, menjadikannya salah satu industri dengan raihan investasi terbesar di Asia. Berikut bagan yang menampilkan investasi terbesar berdasarkan jumlah yang diraih:

 

Semua startup di atas berasal dari Cina. Di posisi puncak, Uber dan Didi Kuaidi terus bersaing untuk merebut para sopir dan penumpang

Cina merajai penjualan mobil pada tahun 2015—21,1 juta mobil sedangkan negara dengan ekonomi kuat lainnya, AS, terjual 17,5 juta. Itu artinya industri ini semakin basah, sebab masih banyak mobil yang siap diperebutkan oleh dua raksasa transportasi tersebut.

Cainiao perusahaan e-commerce logistik yang disokong oleh Alibaba, ikut meramaikan persaingan di posisi teratas.

Pencapaian Cainiao sungguh luar biasa. Satu hal yang membuat Alibaba mudah dikenali adalah keberadaannya sebagai marketplace online yang bersifat absolut tanpa menghadirkan layanan logistik.

Namun, kegusaran Alibaba ketika melihat para pesaingnya mampu menawarkan jasa pengiriman kilat, membuat mereka menyadari bahwa ada investasi harus dikucurkan di sektor logistik.
Optimisme penuh perhitungan

Ekonomi global masih terus berjuang untuk memulihkan diri. Negara dengan ekonomi maju masih berusaha untuk pulih dari krisis keuangan 2008, sementara pertumbuhan ekonomi di Cina terus melambat.

Namun, terlepas dari kelesuan finansial yang terjadi, pertumbuhan industri teknologi di Asia justru semakin tak terbendung. Tren ini terus berlanjut hingga kuartal pertama 2016.

Bahkan, lemahnya perekonomian mungkin dapat semakin memicu pertumbuhan industri ini. Contohnya, jika pasar properti sedang merosot, mereka yang punya dana melimpah bisa saja mencari investasi yang lebih menjanjikan. Dan industri teknologi menjadi target investasi yang seksi di mata mereka.

Atau mungkin pertumbuhan ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran pemanfaatan teknologi internet dan komputerisasi pada industri tradisional. Di pasar yang terus berkembang seperti Cina, India, dan Indonesia, adalah contoh dari fenomena tersebut.

| Terence Lee

source

No comments:

Post a Comment