Saturday, April 23, 2016

29 Startup Edtech di Asia Tenggara dengan Traksi yang Menjanjikan






 

Startup pendidikan di Asia Tenggara memang jarang diberitakan meraih pendanaan dengan jumlah yang fantastis, namun eksistensi mereka nyata adanya. Beberapa di antaranya telah menawarkan layanan pendidikan secara online selama bertahun-tahun—Zenius dari Indonesia telah berdiri sejak tahun 2004.

Jika ekosistem startup di Cina menjadi indikator dari prediksi tren yang akan datang, itu artinya jumlah pendanaan VC yang mengalir ke sektor ini juga akan ikut bertambah. Tanda-tandanya sudah terlihat sejak beberapa waktu yang lalu.

Dengan mengandalkan dana terbatas, banyak startup edtech terpaksa harus menghemat pengeluaran. Mereka pun hanya mampu fokus menuntaskan masalah lokal. Sehingga kucuran dana VC dipastikan akan mengubah lanskap ini secara radikal.

Dengan adanya investasi VC, para founder akan lebih leluasa merancang strategi yang lebih baik. Namun dana tersebut juga akan menambah tekanan seiring meningkatnya persaingan untuk menjadi startup terbaik di sektor ini. Hal seperti itu telah kami observasi di Cina.

Berikut ini daftar perusahaan edtech di Asia Tenggara yang telah mendapatkan pendanaan, serta startup bootstrap yang menarik perhatian kami.

Indonesia 


Siswa di Indonesia menuju sekolah dengan bersepeda 

1. BulletinBoard

BulletinBoard adalah aplikasi mobile dan tool online yang memungkinkan orang tua dan guru terus memantau perkembangan para murid. Aplikasi ini diluncurkan pada Juli tahun 2015.

Guru dapat mengirimkan informasi tugas atau pekerjaan rumah kepada murid, dan memberitahukannya secara publik layaknya papan buletin, namun mereka juga dapat saling berkomunikasi secara privat dengan orang tua murid.

Sampai saat ini BulletinBoard belum memperoleh pendanaan, namun mereka terus menunjukkan perkembangan yang menjanjikan sejak Tech in Asia terakhir kali berbicara dengan pendirinya. Menurut laporan yang kami terima, sejauh ini ada 120 kelas yang menggunakan aplikasi mereka.

2. HarukaEdu

HarukaEdu menawarkan program e-learning—mirip seperti Coursera. Di dalamnya terdapat kelas online informal dan juga program belajar online berbayar. Mereka berkolaborasi dengan lembaga pendidikan swasta.

Startup ini adalah lulusan Jakarta Founder Institute (sebuah program mentoring dan jaringan startup global), dan telah memperoleh pendanaan Seri-A dari CyberAgent Ventures pada pengujung 2014.

Pada awal tahun ini, HarukaEdu menjadi satu dari delapan startup asal Indonesia yang berpartisipasi dalam program Google Launchpad Accelarator.

3. Kelase

Kelase adalah sarana belajar online dengan beragam fitur, seperti jejaring sosial, kursusonline informal, dan perpustakaan online.

Startup ini berdiri pada 2014. Tak lama kemudian mereka berhasil meraih pendanaan awal. Kelase juga merupakan salah satu situs yang ikut disertakan ke dalam program Free Basic (internet gratis) milik Facebook di Indonesia lewat operator Indosat Ooredoo.

4. KelasKita

KelasKita didirikan pada 2013. Sama seperti startup lainnya, mereka juga memilikimarketplace kursus online. Ragam kursus yang ditawarkannya menekankan pada keterampilan praktis, seperti HTML dasar atau belajar cara menggunakan WordPress.

Di dalamnya juga disediakan forum komunitas, tempat para pengguna dapat saling mengajukan dan menjawab pertanyaan. Pengguna juga dapat membuat ataupun mengikuti kuis dari berbagai mata pelajaran dengan tingkat kesulitan yang bervariasi.

5. RuangGuru

RuangGuru adalah marketplace bagi guru privat. RuangGuru membantu para siswa sekolah dasar dan menengah agar selalu dapat meraih nilai yang baik di kelas dan mempersiapkan ujian.

Mereka memfasilitasi para orang tua murid untuk mencari guru yang tepat bagi anak-anaknya, serta memiliki fasilitas pembayaran online sehingga biaya yang dibayarkan tak harus berbentuk fisik.

RuangGuru juga memiliki aplikasi solusi soal pembelajaran secara instan dan platform persiapan ujian yang memungkinkan siswa melakukan ujian simulasi. Beberapa bulan yang lalu, startup ini memperoleh putaran pendanaan Seri-A sebanyak “tujuh-digit” dari Venturra Capital.

Investasi tersebut sejauh ini menjadi investasi terbesar yang pernah dikucurkan di sektoredtech di Indonesia. Tidak diketahui secara pasti berapa yang mereka peroleh, sebab hingga kini mereka belum pernah memublikasikannya.

6. Squline

Squline adalah situs belajar bahasa yang menghubungkan siswa dengan guru penutur bahasa asing yang asli. Saat ini mereka baru menyediakan kelas Bahasa Inggris dan Mandarin, ada berbagai paket belajar yang mereka sediakan.

Squline meraih investasi “enam digit” dari Prasetia Dwidharma, perusahaan infrastruktur komunikasi yang dimiliki oleh angel investor Budi Setiadharma.

7. Sukawu

Sukawu adalah situs aggregator kursus offline, pelajaran yang ditawarkannya seringkali berhubungan dengan industri kreatif. Kamu bisa mendaftarkan diri di berbagai kelas yang ada, seperti kelas Photoshop, musik, atau produksi film. Sejumlah program belajar bahasa juga tersedia di sini.

Pemesanan kursus dilakukan secara online. Kamu dapat melihat penilaian atau ulasan tempat kursus dari siswa yang lain. Kamu juga bisa meminta program belajar yang belum tersedia di sana.

Sukawu juga membuka kelas yang mereka rancang sendiri, dengan topik seputar pemilihan karier dan pengembangan diri. Mereka menawarkan kelas tersebut kepada murid, orang tua, serta guru.

8. Zenius

Zenius menawarkan berbagai video pembelajaran dan modul persiapan ujian untuk macam-macam mata pelajaran, mulai dari Matematika hingga Sosiologi. Zenius didirikan tahun 2007, namun mereka sebetulnya sudah mulai beroperasi sejak tahun 2004, sebagai lembaga kursus offline.

Dalam situsnya, mereka mengklaim bahwa semua video pembelajaran yang dimiliki telah disaksikan sebanyak lebih dari 30 juta kali. Modul pembelajaran mereka juga diklaim telah diunduh hingga 2,7 juta oleh penggunanya di Indonesia.

Startup ini melakukan bootstrapping serta memonetisasi layanannya lewat penjualan CD dan DVD pembelajaran, serta e-credit atau voucher yang bisa digunakan untuk mengakses konten premium.

Malaysia


Pelajar di Malaysia 

9. EasyUni

EasyUni Malaysia, adalah portal penyedia informasi pencarian universitas. Situs ini tak hanya menyasar para siswa di Malaysia. Mereka juga menjadi situs tujuan para pencari universitas dari seluruh dunia, imbuh Edwin Tay, selaku Co-Founder dan CEO.

EasyUni memperoleh pendanaan awal yang cukup besar (senilai US$ 267.000 (sekitar Rp3,5 miliar)) dalam bentuk hibah begitu mereka resmi berdiri pada tahun 2010. Startup ini juga telah meraih dua kali putaran pendanaan dengan nilai yang tidak disebutkan.

Dalam usahanya untuk berdiri, startup ini juga terbantu oleh suntikan modal dari sangfounder—salah satu Co-Founder EasyUni, Edwin Tay, menjual bisnis agensi digital miliknya.

10. EduAdvisor

Sama halnya seperti EasyUni, EduAdvisor juga menargetkan para siswa yang baru saja menyelesaikan pendidikan menengah dan berencana meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Di EduAdvisor, para siswa dapat membandingkan program antar universitas dan memesan tempat di program pra-kuliah.

EduAdvisor memperoleh pendanaan awal dari KK Fund pada tahun 2015.

11. Classruum

Classruum adalah situs e-learning yang membantu para siswa sekolah dasar untuk belajar dari rumah dan secara berkelompok. Terdapat modul pembelajaran dan fitur untuk mengikuti guru, sehingga kamu dapat mengakses video pembelajaran dan soal latihan.

Pada 2014, Classruum menjual 51 persen sahamnya kepada Kulim Berhad, konglomerat asal Malaysia, senilai US$600.000 (sekitar Rp7,9 miliar).

12. My Aone Learning

My Aone Learning merupakan marketplace kursus dan kelas offline di Malaysia. Lewat situs ini, kamu dapat menemukan guru matematika untuk anak-anak kamu, pelajaran Bahasa Perancis untuk kamu sendiri, hingga pelatih tenis pribadi.

Startup ini memperoleh dana hibah sebesar US$27.000 (sekitar Rp356 juta) pada tahun 2015.

13. Next Academy

Next Academy adalah sekolah pemrograman asal Malaysia. Pada awal tahun 2016, startup ini memperoleh pendanaan awal sebesar US$300.000 (sekitar Rp3,9 miliar) dari 500 Startups.

Mereka mencanangkan 1.000 lulusan programmer tahun ini.

Next Academy sebetulnya hanyalah layanan informasi yang menyediakan program bootcamp coding. Nama mereka dimasukkan ke dalam daftar ini karena mereka juga menawarkan konten online seperti kursus coding kilat selama tujuh hari.

14. Scholardeck

Scholardeck adalah portal pencarian program beasiswa di Malaysia. Mereka mendapat putaran pendanaan awal senilai US$13.500 (sekitar Rp178 juta) dari akselerator asal negeri sendiri, Watchtower and Friends, pada tahun 2015.

Filipina 



Siswa dan siswi di Filipina 

15. Edukasyon

Edukasyon menyediakan informasi mengenai sekolah menengah, universitas, beasiswa, serta informasi bagi para siswa yang ingin meneruskan pendidikannya di luar negeri.

16. MyChild

MyChild adalah aplikasi yang dapat membantu guru menginformasikan perkembangan anak didik di sekolah kepada orang tua. Juga ada fasilitas ruang mengobrol pribadi antara guru dan orang tua murid.

MyChild termasuk ke dalam jajaran 10 jawara kompetisi startup 2014 yang diadakan oleh inkubator asal Filipina, Ideaspace Foundation. Mereka meraup US$11.000 (sekitar Rp145 juta) dari organisasi yang sama.

17. Orange Apps

Orange Apps menciptakan solusi layanan perangkat lunak buat sekolah. Pendiri muda mereka, Gian Javelona, masih berusia 19 tahun kala ia mulai mengembangkan tool perangkat lunak untuk kebutuhan sekolah. Ia sempat menjadi perbincangan hangat di negara itu.

Di masa-masa awal berdirinya, startup ini telah memperoleh pendanaan awal yang tak diketahui nilainya, namun hingga kini tak terdengar adanya kabar pendanaan lanjutan. Mereka memonetisasi layanannya lewat biaya berlangganan.

Singapura 


18. Cialfo

Cialfo memberikan siswa kemudahan dalam menyelesaikan rumitnya proses pendaftaran ke universitas di AS atau negara-negara di Inggris. Mereka menyediakan layanan pembelajaran secara offline bagi siswa di Singapura, dan secara online lewat Skype bagi siswa di luar Singapura.

Mereka juga punya situs persiapan ujian SAT dan ACT (dua syarat standar masuk ke perguruan tinggi di Amerika). Perusahaan ini meraih putaran pendanaan awal senilai US$800.000 dari Singapore Health Management (SMH) pada tahun 2014.

19. Learnly

Learnly merupakan fasilitator pembelajaran berbasis aplikasi. Para pengajar dapat mendaftarkan kelas mereka secara gratis. Mereka memperoleh investasi berupa pendanaan awal yang belum dipublikasi nilainya dari Quest Ventures, dan dana hibah dari pemerintah sebesar US$50.000 (sekitar Rp660 juta).

20. RyMM Education

RyMM Education adalah platform yang menjembatani guru dan para orang tua. Perusahaan ini merupakan jebolan akselerator JFDI Asia dan memiliki investasi tahap awal sebesar US$19.650 (sekitar Rp258 juta).

21. VivaLing

VivaLing merupakan situs belajar bahasa untuk anak-anak. Di sini, anak-anak dapat mempelajari bahasa Mandarin, Inggris, Spanyol, atau Perancis di bawah arahan pembimbing profesional.

Startup ini memperoleh putaran pendanaan awal senilai US$375.000 dari angel investorpada tahun 2015. Mereka memonetisasi produknya dengan menetapkan tarif tertentu untuk setiap kelas bahasa yang mereka punya.

22. Xseed Education

Xseed Education sejatinya bermarkas di Singapura namun perusahaan ini bergerak aktif di India. Mereka punya misi yang ambisius: Xseed berusaha untuk merancang kurikulum secara penuh—atau “script,” begitu mereka menyebutnya, yang dapat meningkatkan kualitas guru dan sekolah secara keseluruhan.

Mereka mengklaim ada 750.000 siswa yang belajar berdasarkan script Xseed “setiap harinya.” Kelebihan teknologi mereka terletak pada bagaimana Xseed memantau serta membimbing kinerja guru secara terus-menerus, kendati situs mereka tak menjelaskan secara gamblang perihal bagian ini.

Xseed meraup US$10 juta (sekitar Rp132 miliar) dari Ligthouse Funds pada 2010 silam.

23. Zookal

Zookal pada awalnya merupakan situs penjualan, pembelian, atau rental buku-buku universitas.

Pada 2015, mereka menambahkan fitur baru. Kini, Zookal juga menjelma menjadimarketplace video pembelajaran yang dapat diunggah oleh guru yang telah terverifikasi. Pelajaran yang ditawarkannya adalah komputer, teknik, dan bisnis.

Thailand 



Seorang murid dari Thailand sedang belajar usai sekolah 

24. SkillLane

SkillLane adalah marketplace bagi para profesional muda. Lewat platform ini, para ahlimarketing digital atau perangkat lunak seperti autoCAD dan Excel dapat memberikan kursusonline.

Mereka meraih pendanaan awal dengan nilai yang tidak disebutkan pada tahun 2015.

25. Taamkru

Taamkru adalah situs belajar sambil bermain bagi anak-anak. Lewat situs ini, para orang tua juga dapat memantau proses belajar buah hati mereka.

Di tahun 2014, mereka mendapat pendanaan awal sebesar US$620.000 (sekitar Rp8,1 miliar) yang di antaranya berasal dari 500 Startups dan IMJ Investment Partners. Pada tahun yang sama, Taamkru mengungkapkan rencana untuk mengadopsi konsep B2B dengan menawarkan perangkat lunak buatan mereka ke sekolah-sekolah, serta menambahkanmarketplace untuk buku pendidikan yang diterbitkan sendiri.

Vietnam

  

Suasana kelas di Vietnam 

26. Edu

Edu adalah situs aggregator kursus offline, mulai dari kelas olahraga hingga pemrograman, serta kelas persiapan ujian.

Terakhir kali kami temui pada September 2015 silam, mereka menyatakan telah memiliki 2.000 guru terdaftar yang mencakup 20 lebih mata pelajaran. Sepengetahuan kami, mereka belum memperoleh pendanaan.

27. Kyna (sebelumnya bernama DeltaViet)

Kyna merupakan marketplace kursus online yang mirip dengan Udemy di AS. Dari informasi yang kami miliki, mereka juga belum memperoleh pendanaan. Sebelumnya mereka bernama DeltaViet, namun baru-baru ini mereka melakukan rebranding.

28. Rockit Online

Rockit Online mewadahi para siswa untuk belajar matematika, ilmu pengetahuan alam, bahasa Inggris, dan persiapan ujian dalam kelas yang kecil.

Mereka meraih US$500.000 pada 2014 dari investor yang berbasis di Silicon Valley, termasuk di antaranya Learn Capital dan Formation 8. Pada tahun yang sama, mereka mengumumkan rencana untuk ekspansi ke negara Asia Tenggara lainnya, namun tampaknya rencana tersebut masih belum terealisasi.

29. Topica

Topica, yang didirikan pada tahun 2008 di Vietnam, adalah startup edtech yang menyediakan beragam layanan. Mereka menawarkan sertifikasi dan bimbingan belajaronline, bahkan mereka bereksperimen dengan mengajar mengajarkan bahasa Inggris menggunakan Google Glass.

Topica juga mengadakan program inkubator tahunan milik Founder Institute di Vietnam.

Catatan: Daftar ini tidak menyertakan startup yang produknya berupa permainan dan bersifat menghibur. Artikel ini kami ambil dari basis data Tech in Asia dan dihimpun dengan bantuan Albert Martono dari tim peneliti Tech in Asia. 

No comments:

Post a Comment