Monday, December 31, 2012

HARI PERHITUNGAN

Hari Perhitungan



24-24
24-25
Pada hari, (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu Allah menyempurnakan balasan yang sebenarnya bagi mereka, dan mereka tahu bahwa Allah Mahabenar, Maha Menjelaskan.”(QS An-Nur, 24: 24-25)



Pada hari perhitungan, setiap orang akan diperiksa amalnya. Pada tahap pertama, segala hal yang diperbuat selama hidupnya akan ditunjukkan tanpa ada yang terlewat, meskipun sebesar biji sawi (QS Luqman, 31: 16).
Pada hari itu, tidak ada satu perbuatan pun yang dirahasiakan. Orang bisa saja lupa apa yang dikerjakannya saat hidup di dunia. Namun, Allah tidak pernah lupa terhadap segala perbuatannya. Allah Swt. bahkan akan menunjukkan ke hadapannya pada hari Perhitungan. Pada hari itu, setiap orang diberi catatan amalnya. Juga hasil timbangan yang adil atas kebaikan dan kejahatannya, tanpa dirugikan sedikit pun.
Selama perhitungan, pendengaran, penglihatan, dan kulitnya menjadi saksi atas perbuatannya selama hidup di dunia. Setelah perhitungan yang menggelisahkan itu, orang-orang yang tidak beriman digiring ke neraka. Sementara itu, orang-orang beriman menjalani perhitungan yang mudah dan memasuki surga dengan wajah cerah dan gembira sebagai hari kemenangan yang besar.
Allah telah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di dunia. Setiap orang akan melihat apa yang diperbuatnya, dan tak seorangpun bisa menolong orang lain.
Pada hari itu, tidak ada peluang untuk memperbaiki amal. Meyakini setelah kematian adalah hal yang sia-sia. Al-Qur’an pun menyebutkan bahwa pada hari perhitungan, orang-orang kafir akan memohon agar diberi kesempatan untuk mengerjakan kewajibannya. Namun permintaan mereka tak akan diterima. Mereka berharap dapat kembali ke dunia, tetapi permintannya ditolak. Setelah menyadari tak ada peluang untuk menebus dosa, mereka sangat menyesal. Keputusasaan dan penyesalan yang bercampur merupakan perasaan yang menyiksa tiada bandingannya di dunia ini. 

Wallohualambisshawab








PELAJARAN PENTING

Pelajaran Penting dalam Kematian




kematian21


Bismillahirahmannirohhim

Pada dasarnya, kaum yang mementingkan duniawi adalah bodoh, ceroboh, dan dangkal pikirannya. Hidup mereka tidak berdasarkan logika, tetapi mereka hidup dengan kesesatan dan keyakinan yang salah serta mengikuti sangkaan yang berakhir dengan kekeliruan. Salah satu kekeliruan ini adalah keyakinan mereka tentang kematian. Mereka percaya bahwa kematian adalah sesuatu yang tidak perlu dipikirkan.
Sebenarnya, yang mereka lakukan adalah lari dari kenyataan dengan cara mengabaikan kematian. Tanpa memikirkannya, mereka percaya bahwa mereka dapat menghindari peristiwa itu. Akan tetapi, hal ini seperti burung unta yang menenggelamkan kepalanya ke dalam pasir untuk mengindari bahaya. Mengabaikan bahaya tidak membuat bahaya itu hilang. Sebaliknya, orang tersebut berisiko menghadapi bahaya dengan tanpa memiliki persiapan. Akibatnya, ia akan menerima kejutan yang lebih besar lagi. Tidak seperti halnya orang beriman yang mentafakuri kematian dan menyiapkan dirinya terhadap kenyataan yang sangat penting ini, kebenaran yang akan dialami semua manusia yang hidup. Allah memperingatkan orang kafir dalam ayat-Nya,

57
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS Al-’Ankabut, 29: 57)

Kematian bukanlah “bencana”yang harus dilupakan, melainkan pelajaran penting yang mengajarkan manusia kepada arti hidup yang sebenarnya. Dengan demikian, kematian seharusnya menjadi bahan pemikiran yang mendalam. Seorang muslim akan benar-benar merenungi kenyataan penting ini dengan kesungguhan dan kearifan. Mengapa semua manusia hidup pada masa tertentu dan kemudian mati?
Semua makhluk hidup tidak akan kekal. Ini menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki kekuatan dan tidak mampu menandingi Kekuasaan Allah. Allah-lah satu-satunya Pemilik kehidupan; semua makhluk hidup dengan kehendak Allah dan akan mati dengan kehendak-Nya pula, seperti dinyatakan sebagai berikut;
55-26
55-27
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS ar-Rahmaan: 26-27)

Setiap orang akan mati. Namun, tidak seorang pun dapat memperkirakan di mana dan kapan kematian akan menghampirinya. Tidak seorang pun dapat menjamin ia akan hidup pada saat berikutnya. Karena itu, seorang muslim harus bertindak seolah-olah mereka sebentar lagi akan didatangi kematian. Berpikir tentang kematian akan membantu seseorang meningkatkan keikhlasan dan rasa takut kepada Allah, dan mereka akan selalu menyadari akan apa yang sedang menunggunya, sesuatu yang pasti datangnya, tidak bisa ditunda tidak bisa pula di segerakan.

Wallohualambisshawab

Friday, December 28, 2012

GENDERANG PERANG TAHUN BARU







Memulai kesehatan, dan ketenagakerjaan

Tahun 2012 mendekati akhir. Pencapaian di bidang perlindungan hak asasi manusia (HAM) kian buruk, dan korupsi kian kental. Bentrok terjadi di sejumlah tempat dengan korban masyarakat biasa, dari kelompok tani, mahasiswa, pelajar, hingga polisi. Radar Bandara Soekarno- Hatta mati. Kemacetan menggila di berbagai kota. Banjir dan tanah longsor menjadi kabar tentang alam yang kian rusak. Bumi Kalimant kesulitan listrik dan bahan bakar minyak. Inilah tahun yang diprediksi akan terjadi kiamat, tetapi sudah terlewati.

Kiamat yang diprediksi suku Maya itu hanya menjadi sebuah film yang ditonton jutaan orang di seluruh dunia. Keadaan di dunia internasional sama rapuhnya dengan krisis di sejumlah negara. Nasib kaum muslim di Rohingnya, perlakuan Israel terhadap Palestina, tragedi di Suriah, pemilu presiden di Amerika Serikat, sampai penyakit yang melanda para pemimpin negaranegara Amerika Latin yang pertumbuhan ekonominya sedang membaik. Di bidang pemerintahan daerah, tahun 2012 memotret sekian banyak pemilihan langsung kepala daerah (pilkada). Yang paling menyita layar televisi adalah pilkada DKI Jakarta. Kehadiran dan kemenangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama mengagetkan banyak pihak, menghancurkan prediksi lembaga survei mana pun. Partai politik kehilangan kemampuan untuk menjadi pihak terdepan sebagai alat ukur keberhasilan demokrasi.

Sejumlah politisi lama dan baru dijadikan tersangka kasus korupsi. Bupati Aceng dari Garut menghebohkan Indonesia dengan pernikahan kilatnya yang hanya empat hari. Banyak hal yang sudah terjadi di tahun 2012. Tentu semua mencatatnya. Yang sulit adalah mencari makna dari beragam peristiwa itu. Benarkah yang terjadi hanyalah skenario yang dilahirkan kekuatan supranatural melebihi kekuatan manusia? Ataukah semuanya bagian dari kegagalan umat manusia, terutama kalangan pemimpin, setelah terjebak dalam gelimang memabukkan manisnya anggur demokrasi? Ke mana pemimpin, ke mana presiden, ketika tenaga kerja Indonesia diperkosa polisi Malaysia atau dilihat sebagai budak zaman milenium? Lolos Namun, tetap saja kita lolos dari lubang jarum kehidupan ini dengan cara yang unik, yakni berdasarkan kesabaran dan ketabahan penduduk.

Kehidupan berlangsung menjadi biasa, ketika pagi datang dan segelas kopi panas ditaruh di atas meja. Apakah kepedulian hilang? Tidak. Ada banyak anggota masyarakat yang peduli atas masalah anggota masyarakat lain. Tetapi juga ada anggota masyarakat yang menjadi terbiasa untuk berharap, betapa yang lain sudah berbuat, tinggal berpangku tangan saja. Ketika peristiwa demi peristiwa berulang di bidang yang sama, kita sesungguhnya sedang menggantungkan hidup pada alam. Aspek kepemimpinan politik terbaikan, solidaritas rapuh, lalu tiap-tiap orang hidup dengan rutinitas sehari-hari.

Ditetapkannya Andi Alfian Mallarangeng sebagai tersangka kasus korupsi proyek Hambalang menutup tahun 2012 dengan pertanyaan: kapankah kasus korupsi berhenti? Sudah terlalu banyak penyelenggara negara dijadikan tersangka, terdakwa, dan terpidana dengan hukuman beragam. Seorang petinggi polisi juga menjadi tersangka, yakni Irjen Djoko Susilo, lalu ditahan. Kita tampaknya belum akan berhenti melihat kejadian ini terulang dengan tersangka berbeda, di tahun mendatang. Korupsi adalah benalu bagi pelayanan publik, sekaligus parasit demokrasi.

Indeks Pembangunan Manusia Indonesia yang terpuruk barangkali lebih banyak disumbang oleh perilaku korup ketimbang kesalahan dalam kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan. dan ketenagakerjaan. Arah yang tepat sudah diletakkan oleh konstitusi, bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia, namun pelaksanaannya terkendala perilaku korup penyelenggara negara. Yang kini juga semakin terasa adalah timpangnya pembangunan antara bagian Jawa lain dan Daerah Khusus Ibu kota Jakarta, apalagi antara luar Jawa dan DKI Jakarta. Jakarta seakanakan sudah berubah menjadi neraka bagi warga negara akibat kemacetan yang luar biasa.

Kemacetan menjalar ke Bandung, Bogor, dan wilayah lain di Pulau Jawa. Hal ini bukan hanya akibat ketersediaan infrastruktur jalanan dan prasarana lainnya, melainkan juga beredarnya dengan mudah kendaraan pribadi. Selama pemerintah tidak mencoba membatasi jumlah peredaran kendaraan, kemacetan akan menjadi berita harian yang merusak kenyamanan. Kehidupan politik sebetulnya semakin bebas. Hanya, kita membutuhkan pengendalian, pendalaman, sekaligus arah yang semakin berimpitan dengan kesejahteraan. Kalau tidak, politik dan demokrasi hanya soal teriakan kebisingan dan keluhan. Masyarakat tampak masih bergairah dengan demokrasi, terutama dengan pilkada DKI Jakarta. Akan tetapi, lama-kelamaan, gairah itu bisa dengan cepat menurun, digantikan rasa penat dan jenuh.

Dampaknya, partisipasi politik menurun dengan cepat, namun juga disertai dengan ketidakpercayaan pada institusi demokrasi. Yang mendapat keuntungan dari proses demokrasi juga semakin banyak jumlahnya. Kelas menengah baru lahir. Begitu juga kaum berpendidikan sekaligus berpunya. Sebelum demokrasi hadir, konsentrasi kekayaan dan penghasilan hanya di kalangan yang dekat atau bagian dengan rezim. Kini, kedekatan itu tidak diperlukan. Masyarakat bisa memperoleh hasil pencapaian pribadi, bahkan tanpa harus menjadi bagian dari rezim. Malahan, menjadi bagian dari kelas menengah baru yang independen adalah bagian dari keyakinan hari ini.

Pemain Utama

Partai politik adalah pemain utama dalam panggung dan drama demokrasi. Hal inilah yang terekam selama 2012, lalu semakin tampak pengaruhnya pada 2013 dan 2014. Agenda pemilu yang di ambang pintu sudah menjadi bagian dari itu. Partai politik menjadi aktor sentral yang mencari dukungan masyarakat sekaligus menempati posisi strategis sebelum dan setelah pemilu. Diperkirakan semakin banyak anggaran publik yang dipakai untuk hajatan pemilu, baik secara terang-terangan melaui program-program penyelenggara negara maupun dibungkus dengan mengatasnamakan hibah dan bantuan sosial.

Partai politik (parpol) mendapat keuntungan dari itu, namun bisa juga mengalami kerugian besar apabila dilakukan dengan cara-cara melanggar hukum dan prinsip pemerintahan yang baik dan benar. Jumlah peserta pemilu 2014 akan berkurang secara drastis. Hal itu menciptakan momentum hanya akan ada beberapa parpol yang bertahan. Dampak yang diinginkan, ada kekuatan mayoritas yang lahir dari rahim pemilu.

Kecilnya perolehan suara partai-partai politik peserta pemilu 2004 berdampak pada kurangnya kontrol terhadap keseluruhan sistem. Politik membutuhkan dominasi, tetapi bukan hegemoni. Dengan hasil pemilu 2009, Partai Demokrat sama sekali tidak muncul sebagai kekuatan dominan sehingga perlu berkolaborasi dengan kekuatan parpol lain dalam menjalankan pemerintahan. Dengan minimnya peserta pemilu 2014, terbuka peluang bagi munculnya dominasi dalam sistem politik. Dominasi di sini adalah adanya kesesuaian antara pemenang pemilu legislatif dan pilpres, disertai dengan pilkada. Apabila dominasi tidak ada, sistem politik yang liberal juga semakin kehilangan arah, ketika para pengendali berbeda di setiap lembaga dan jenjang pemerintahan.

Yang terjadi adalah egoisme kelembagaan, seperti yang terjadi dalam kasus Aceng Fikri, Bupati Garut. Orang-orang yang merasa di atas sistem, bukan dikendalikan sistem. Pola pemilu 2014 yang akan mulai berjalan dalam tahun 2013 akan sama sekali berbeda dengan pemilu 2009. Masyarakat sudah "dihajar" dengan lebih dua kali pilkada di tiap-tiap daerah, baik pemilu bupati, wali kota, maupun gubernur. Rasionalitas dengan sendirinya akan muncul. Tidak lagi faktor favoritisme dan uang yang menguasai, melainkan pilihan-pilihan yang semakin disesuaikan dengan kebutuhan langsung masyarakat. Pemilih yang kritis tidak bisa lagi disumpal mulutnya dengan uang, paksaan, atau sekadar kedekatan emosional.

Adanya perubahan perilaku pemilih ini membuka kesempatan bahwa tahun perang (politik) yang terjadi tahun depan akan sangat ditentukan rasionalitas dalam kampanye. Sikap-sikap irrasional dengan sendirinya menurun. Harapan bahwa ada hal yang positif ini sekali lagi memberi kesempatan kepada pelaku-pelaku politik untuk mengedepankan visi, misi, dan program yang terbaik, bukan jumlah uang atau polesan di wajah.

Wednesday, December 26, 2012

SUBHANALLAH, INDAHNYA BERIBADAH

Inilah Indahnya Beribadah


Hakikat ibadah yang diterima hanya Allah yang mengetahui. Namun, hal itu bisa dinilai dengan sesuatu yang tampak dari ibadahnya. Di antaranya, "hubbul 'ibadah", sangat senang beribadah.

Muazin baru saja melewati rumahnya, artinya azan belum sama sekali dikeraskan, hatinya terliputi bahagia. Apalagi ketika azan sudah dikumandangkan. Dia sudah memastikan berada di barisan shaf shalat terdepan dan lisannya terus menjawab setiap bait-bait azan. 

Inilah tanda kedua yaitu "intizharul awqat", merindukan dan menanti-nanti waktu ibadah. Wajahnya memancar aura cemas, yaitu takut ketinggalan apalagi sampai meninggalkannya. 

Seperti halnya semalam dia ketiduran, karena lelah yang hebat, sehingga tahajud menjadi terlalaikan. Maka pagi hari, wajah ketidaknyamanan menyebar pada aktivitas hariannya. Sering murung dan selalu komat-kamit beristighfar. Padahal, dia sudah merangkai shalat Dhuha dengan mengqadha tahajud.

Berikutnya, berusaha maksimal untuk mempelajari kualitas ibadah yakni tercapainya kekhusyukan dan keikhlasan. Ada kesungguhan dalam menyempurnakan kekurangan ilmu dan bersegera menerapkannya berulang-ulang. Baik dalam prosesi ibadah maupun penerjemahannya dalam amaliah harian.

Dalam shalat, ia bermujahadah, tunduk, pasrah bersedekap, merendahkan bacaan, dan diam tuma'ninah (QS Thaha: 108). Di luar shalat, memancar kearifan dengan menyibukkan diri dalam muhasabah (introspeksi). 

Tanda lain bisa dilihat dari kegemarannya yang tidak putus dalam berdoa. Selalu dalam setiap selesai shalat, terdengar doa-doa permohonan agar dimaafkan segala kekurangan, kesalahan, dan diterima semua ibadah. Dia telah memutus kebiasaan selesai shalat meninggalkan tempat (kabur). Sekarang, dia terlihat sangat menikmati saat berdzikir dan munajat seusai shalat. Di tangannya tasbih terus melingkar.

Di akhir doa, dia merapatkan dahinya pada alas sejadah. Tersungkur dan menangis, bahkan hingga membengkak kedua kakinya (QS Maryam [19]: 58). Menangis karena rasa syukur bisa menikmati ibadah sekaligus rasa takut terhadap azab Allah, baik di dunia atau di akhirat kelak.

Rumah tangga yang dijalin terlihat "sakkanun”, sangat damai dan tidak beriak. Wajah suami-istri dan anak-anak sumringah bahagia. Santun dan penuh khidmat, baik pada keluarga maupun pada lingkungan dan tetangganya. Bahkan, sangat senang untuk berkumpul dalam lingkungan yang sama yang berbalut semangat ibadah dan dakwah. 

Subhanallah.

Menyenangkan dan menenangkan. Begitulah seharusnya efek dari menikmati ibadah. Tentu kita tidak mau ibadah yang kita senangi ini akan menjadi shalat yang hanya tinggal gerak badan tanpa getar hati. 

Ibadah haji dan umrah hanya menjadi salah satu di antara tujuan wisata. Baitullah hanya tampak sebagai seonggok batu dari zaman purba; tidak berbeda dengan Tembok Cina atau Menara Pisa. Zakat dikeluarkan sama beratnya dengan pajak. Dan puasa menjadi rangkaian upacara kesalehan yang lewat begitu saja setelah usai Ramadhan. 

Nikmatilah keadaan ibadah dengan hati dan diniati mencari kebaikan semata-mata hanya rida Allah yang menjadi tujuannya.

Wallohualambishawab

         
ilstrasi ibadah

Tuesday, December 25, 2012

RASULULLAH SAW JUGA MANUSIA BIASA

Rasulullah saw. juga Manusia Biasa




Nabi-Muhammad


                             20
Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat  (QS Al-Furqon 25:20)
Sifat mendasar dari kaum kafir adalah kesombongan mereka. Inilah yang membuat mereka menolak dan mengacuhkan para nabi Allah dan berusaha untuk mencari-cari alasan untuk tetap mengacuhkannya. Salah satu alasan bahwa mereka akan patuh terhadap para nabi itu adalah jika para nabi lebih dari manusia biasa. Namun, Rasulullah saw. mengingatkan kaumnya bahwa beliau juga manusia, seorang hamba Allah sehingga harapan mereka sia-sia. Allah memberikan beberapa perintah berikut kepada Rasululah saw. seperti tertuang dalam
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”. (QS Al Kahf 18:110)
Katakanlah: “Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rasul”. Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (QS Al-Isra’, 17: 95-96)
Rasulullah saw. mengatakan kepada kaumnya bahwa dia juga diperintah untuk menjadi seorang muslim dan untuk patuh kepada Allah. Beliau pun bertanggung jawab memperingatkan kaum kafir, tetapi beliau tidak dapat melakukan tanggung jawabnya atas permintaan-permintaan mereka. Hal ini tertuang dalam:
Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: “Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan”. Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan”. (QS An-Naml, 27: 91-93)
Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (QS Ali ‘Imran, 3: 120).
Sebagai manusia biasa, beliau juga suka bercanda, tertawa dengan keluarga, dan para sahabatnya. Selain itu, beliau pun memberikan mereka nama-nama yang menyenangkan atau nama panggilan. Seperti biasanya, Rasulullah saw. berperilaku hatihati, penuh perhatian, dan selalu jujur saat bercanda. 
Ada beberapa nasihat Rasulullah saw. ketika bercanda.
“Aku bercanda, tapi aku hanya akan berbicara jujur.”
“Tidak boleh seorang muslim menakuti saudaranya.”
“Janganlah berselisih dengan saudaramu dan janganlah bercanda dengan kalimat ejekan.”
“Malulah mereka yang berbohong hanya untuk menghibur orang lain.”
“Seseorang tidak akan menjadi orang beriman yang baik jika dia berbohong meski hanya dalam senda gurau dan berselisih meskipun dia benar.”
“Janganlah berbohong meski sedang bersenda gurau.”

Subhanalloh 

Wallohualambishawab

ALLAH YANG MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG

Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang




allah

Telah Aku ciptakan rahim dan memberinya nama yang berasal dari nama-Ku. Barang siapa menjaganya (rahim atau persaudaraan), Aku akan menjaga ikatan dia dengan-Ku; dan barang siapa memutuskannya, Aku akan memutuskan dia dari-Ku.

Alkisah, di sebuah negara Afrika terjadi perang saudara yang merenggut puluhan ribu nyawa. Peperangan ini tidak saja menyisakan duka yang mendalam, tetapi juga meninggalkan kepedihan yang berkepanjangan. Inilah yang dialami sebuah keluarga saat desanya diluluhlantakkan. Sang anak harus rela melihat ayahnya dibunuh dan sang ibu pun diperkosa di depan matanya. Setelah itu, kedua tangan sang ibu dipotong. Kemudian, dengan tanpa perasaan, tangan sang anak pun dipotong. Hanya atas karunia Allah, mereka tidak meninggal.
Setelah kejadian yang sangat cepat itu berlalu, seluruh sudut desa dibakar hingga tidak menyisakan rumah satu pun. Semua penduduk tewas kecuali mereka berdua. Demi menyelamatkan diri dan anaknya, dengan tangan terputus dan masih mengeluarkan darah, sang ibu berusaha menggendong anaknya dari dari tempat itu. Sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, ia berjalan. Setelah beberapa hari, tibalah keduanya di sebuah desa yang cukup besar. Perjuangan mereka tidak sia-sia, penduduk di desa tersebut membawa mereka ke sebuah klinik dan akhirnya nyawa mereka terselamatkan.
Apa yang menyebabkan sang ibu mampu berjalan sejauh itu? Padahal, ia harus menggendong anaknya dalam kondisi yang tidak normal. Tangannya terputus dan darahnya masih keluar yang tentu saja sakitnya tidak terperikan. Kekuatan apa yang mendorong sang ibu melakukan hal yang di luar nalar itu? Kekuatan itu adalah kekuatan cinta. Atas dasar kasih sayanglah, sang ibu rela berjalan jauh demi menyelamatkan anaknya.
Kisah senada pernah diungkapkan pula oleh Rasulullah saw. Pernah, suatu hari Rasululah bersama para sahabat dalam perjalanan kembali dari perang melihat seorang ibu lari menyeruak ke tengah-tengah bekas pertempuran. Ia gelisah, wajahnya menyimpan kekhawatiran yang mendalam. Ia sedang mencari putranya. Ia berlari dihadang debu yang beterbangan disapu angin.
Akhirnya, ia menemukan putranya tersebut. Didekapnya sang putra penuh kerinduan bercampur kecemasan. Diberinyalah air susu. Matahari menyengat panas mengenai kulit anak itu. Dengan perlahan, ibu tersebut menggerakkan tubuhnya, dihadangnya sengatan matahari itu dengan punggungnya. Rasul menyaksikan kejadian itu lalu ia berkata kepada sahabat yang lain, “Lihat, betapa sayangnya ibu itu kepada anaknya. Mungkinkah ibu itu melemparkan anaknya ke api neraka?” Para sahabat menjawab, “Tidak mungkin, ya, Rasulullah.” Lalu, Rasul berkata, “Kasih sayang Allah jauh lebih besar daripada kasih sayang ibu itu.”                               
Allah sebagai Ar Rahman dan Ar Rahim
Sudah menjadi fitrah bahwa setiap ibu memiliki kasih sayang yang amat besar kepada buah hatinya seperti yang ditunjukkan oleh sang ibu dalam kisah di atas. Demikian pula makhluk yang lain. Sejak lahir, mereka dianugerahi rasa kasih sayang. Perasaan ini tidak datang sendiri, tetapi dipancarkan dari sumber kasih sayang yang amat besar. Kasih sayang ini terpancar dari rahmat Allah Swt. Dialah ‘Ar RahmanAr Rahman  dan  Ar RahimAr Rahim. Zat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa kasih sayang yang kita miliki berasal dari satu bagian dari seratus bagian yang dimiliki-Nya. Beliau bersabda, “Allah Swt. menjadikan rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan dan diturunkan-Nya di bumi ini satu bagian; yang satu bagian inilah yang dibagi kepada seluruh makhluk, yang tecermin antara lain) pada seekor biantang yang mengangkat kakinya dari anaknya, terdorong oleh rahmat dan kasih sayang, khawatir jangan sampai menyakitinya” (HR Muslim).
Dilihat dari banyaknya penyebutan dalam Al Qur’an, kedua nama ini termasuk yang paling sering disebut.Ar Rahman disebut sebanyak 57 kali, sedangkan Ar Rahim sebanyak 95 kali. Oleh karena itu, ada ulama yang menyatakan bahwa banyaknya penyebutan menunjukkan bahwa kedua nama sekaligus sifat inilah yang paling dominan dibanding sifat-sifat Allah yang lain, bahkan semua sifat Allah merujuk pada Ar Rahman dan Ar Rahim.
Dalam bahasa Arab, kedua kata ini berbentuk kata sifat (intensive form of the adjective) tertinggi. Ar Rahman digunakan khusus untuk Allah. Para penerjemah memberikan beberapa arti, di antaranyaGracious (Pemurah) dan Merciful (Penyayang), Compassionate (Pengasih) dan Merciful (Penyayang),Beneficent (Pemurah) dan Merciful (Penyayang), serta The MercifulThe Compassionate (Yang Maha penyayang lagi Maha Pengasih).
Kedua kata tersebut berasal dari kata yang sama, yakni rahima, yang secara umum berarti ‘rahmat’ atau ‘belas kasih’. Dari akar kata yang sama, muncul kata rahim ‘kandungan’. Menurut Ibnu Faris, seorang ahli bahasa, semua kata yang terdiri atas huruf raha, dan mim, mengandung makna ‘kelemahlembutan, kasih sayang, dan kehalusan’. Kata ar rahman setimbang dengan fa’lan yang menunjukkan pada kesempurnaan atau kesementaraan, sedangkan rahim setimbang dengan fiil (kata kerja) yang menunjukkan pada kesinambungan dan kemantapan.
Itulah salah satu sebab mengapa tidak ada bentuk jamak dari kata ar rahman, yakni karena kesempurnaannya. Tidak ada juga yang wajar disebut rahman kecuali Allah Swt. Berbeda dengan katarahim yang memiliki bentuk jamak, yakni ruhama sebagaimana ia juga dapat menjadi sifat Allah Swt. dan selain-Nya. Dalam Al Qur’an, kata rahim digunakan untuk menunjukkan sifat Nabi Muhammad saw. yang menaruh belas kasih yang amat dalam terhadap umatnya seperti yang tercantum dalam
                           9-128
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS At Taubah, 9: 128)
Kata rahmat dapat dipahami sebagai sifat Zat. Oleh karena itu, Ar Rahman dan Ar Rahim merupakan sifat Zat Allah Swt. Syeikh Muhammad Abduh berpendapat bahwa Ar Rahman adalah rahmat Allah yang sempurna, tetapi sifatnya sementara dan dicurahkan kepada semua makhluk. Dia Ar Rahman berarti Dia mencurahkan rahmat yang sempurna. Ini berarti Allah Swt. mencurahkan rahmat yang sempurna dan menyeluruh, tetapi tidak langgeng terus-menerus. Rahmat menyeluruh tersebut menyentuh semua manusia, baik mukmin atau kafir, bahkan semua makhluk. Namun, karena ketidaklanggengannya, ia hanya berupa rahmat di dunia.
Adapun kata Ar Rahim, ia menunjuk pada sifat Zat Allah atau menunjukkan pada kesinambungan dan kemantapan nikmatnya. Kemantapan dan kesinambungan hanya dapat terwujud di akhirat kelak. Pada sisi lain, rahmat ukhrawi hanya diraih oleh orang taat dan bertakwa.
Walaupun berbeda kecenderungan, kedua sifat ini menunjukkan betapa luasnya  rahmat Allah Swt. Di dunia, setiap manusia mendapatkannya: mukmin atau kafir, ahli taat atau pendosa, Allah tidak membeda-bedakannya.
Teladan Ar Rahman dan Ar Rahim
Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang kecuali akan memperindah orang tersebut. Tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan Allah Swt. untuk kemudian meneladaninya dengan menjadikan diri kita penebar kasih sayang kepada sesama.
Kasih sayang dapat diibaratkan pancaran sinar matahari pada pagi hari. Dari dulu sampai sekarang, ia terus-menerus memancarkan sinarnya dan ia tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya, seperti itulah sumber kasih sayang di qalbu kita. Ia benar-benar melimpah terus, tidak pernah ada habisnya.
Untuk memunculkan kepekaan dalam menyayangi orang lain, kita bisa mengawalinya dengan menyayangi diri sendiri. Hadapkanlah tubuh ini ke cermin seraya bertanya, “Apakah wajah indah ini akan bercahaya di akhirat nanti atau justru sebaliknya, wajah ini akan gosong terbakar nyala api Jahanam?”
Tataplah hitamnya mata kita, apakah mata ini, mata yang bisa menatap Allah, menatap Rasulullah saw., menatap para kekasih Allah di surga kelak, atau malah akan terburai karena maksiat yang pernah dilakukannya? Bibir kita, apakah ia akan bisa tersenyum gembira di surga sana atau malah bibir yang lidahnya akan menjulur tercabik-cabik?
Perhatikan pula tubuh tegap kita, apakah ia akan berpendar penuh cahaya di surga sana sehingga layak berdampingan dengan pemilik tubuh mulia, Rasulullah saw., atau tubuh ini malah akan membara, menjadi bahan bakar bersama hangusnya batu-batu dalam kerak Jahanam?
Bersihnya kulit kita, renungkanlah apakah ia akan menjadi indah bercahaya ataukah akan hitam legam karena gosong dijilat lidah api Jahanam? Mudah-mudahan dengan becermin sambil menafakuri diri, kita akan lebih mempunyai kekuatan untuk menjaga diri kita.
Setelah itu, jauhkan diri kita dari meremehkan makhluk ciptaan Allah sebab Allah  tidak menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang diciptakan Allah Swt. penuh dengan ilmu dan pelajaran. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja karunia Allah Azza wa Jalla adalah sarana bertafakur kalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.
Ada sebuah kisah, pada hari Akhir datang seorang hamba ahli ibadah kepada Allah dengan membawa aneka pahala ibadah. Akan tetapi, Allah mengecapnya sebagai ahli neraka. Ternyata, suatu ketika, ahli ibadah ini pernah mengurung seekor kucing sehingga si kucing tidak bisa mencari makan dan tidak pula diberi makan sampai mati kelaparan. Ternyata, walau ia seorang ahli ibadah, laknat Allah tetap menimpanya karena tidak menyayangi makhluk lain.
Namun, ada kisah sebaliknya, suatu waktu seorang wanita berlumur dosa sedang beristirahat di pinggir sebuah oase yang berair dalam di sebuah lembah padang pasir. Tiba-tiba, datanglah seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya seakan sedang merasakan kehausan yang luar biasa. Melihat kejadian ini, tergeraklah si wanita untuk menolongnya. Dibukalah selopnya untuk dipakai mencedok air. Setelah didapat, diberikannya air tersebut pada anjing yang kehausan tersebut. Dengan izin Allah, terampunilah dosa wanita ini. Demikianlah, jika hati kita mampu meraba derita makhluk lain, insya Allah keinginan untuk berbuat baik akan muncul dengan sendirinya.
Hidupnya hati hanya dapat dibuktikan dengan melakukan sesuatu untuk orang lain dengan ikhlas. Ketika kita sudah menjadi penyebar kasih sayang, Allah akan mengirimkan kepada kita tangan-tangan lembut yang akan menjahit luka-luka kehidupan kita dengan jarum-jarum halus kasih sayang. Ketika kita sudah menjadi penyebar kebaikan, Allah akan menggerakkan tangan-tangan mulia yang akan menyiramkan hujan kebaikan pada taman kehidupan kita. Ketika kita sudah berusaha membahagiakan orang-orang di sekitar kita, Allah akan membukakan mata kita untuk melihat keindahan yang memesonakan yang ada di sekitar kita. Apa lagi balasan perbuatan baik selain perbuatan baik lagi. 
Barokalloh fiikum 

Wallohualambisshawab

Tuesday, December 18, 2012

MILIK ORANG TUA

MILIK ORANG TUA

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatu
Bismillahirahmannirahim  


Dalam hadis riwayat Thabrani dari Jarir RA, ada seorang anak muda mengadu kepada Rasulullah SAW. 

Ia berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku.” 

Mendengar pengaduan anak muda itu, Rasul berkata,
“Pergilah kamu dan bawa ayahmu kesini!”

Setelah anak muda itu berlalu, Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata; “Ya, Muhammad, Allah 'Azza wa Jalla menyampaikan salam untukmu, dan berpesan, kalau orang tuanya datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh telinganya.”

Tak lama, anak muda itu datang bersama ayahnya. Rasulullah kemudian bertanya orang tua itu. “Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?”

Sang ayah yang sudah tua itu menjawab, “Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah. Bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati(saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu)-nya, dan untuk keperluan saya sendiri?”

Rasulullah bersabda lagi,
“Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu.”

Maka wajah keriput lelaki tua itu pun menjadi cerah dan tampak bahagia. Dia berkata, “Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah SWT berkenan menambah kuat keimananku dengan kerasulanmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya.”

Rasulullah mendesak,
“Katakanlah, aku ingin mendengarnya.”

Orang tua itu berkata dengan air mata yang berlinang. “Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini, 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah. Lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yang menderita.”

“Lalu air mataku berlinang-linang dan mengucur deras. Hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti datang. Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan.”

“Sayang, kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan aku seperti tetangga jauhmu. Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu. Seakan-akan kesejukan bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.”

Selanjutnya Jabir berkata, “Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu, seraya berkata, ‘Engkau dan hartamu milik ayahmu!”


Dari kisah ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa ketika sudah besar, sebagai anak kadang kita lupa kepada orang tua yang telah berjuang mencari nafkah untuk kita. Ayah kita memberikan segala apa yang dimilikinya tanpa pernah meminta kembali.

Sedangkan kita, ketika akan memberikan sesuatu untuk ayah dan ibu, begitu banyak pertimbangan. Tak jarang, kita mencari dan membuat berbagai alasan agar kepunyaan yang dimiliki tidak berpindah kepada orang tua kita. 

Dalam kesempatan ini, marilah kita terus mencintai dan menyayangi keduanya, sebelum mereka pergi meninggalkan kita untuk selamanya.

Barokallohu fiikum

Wallohualambisshawab


          
Ketika sudah besar, sebagai anak kadang kita lupa kepada orang tua yang telah berjuang mencari nafkah untuk kita. Ayah kita memberikan segala apa yang dimilikinya tanpa pernah meminta kembali.


          
ketika akan memberikan sesuatu untuk ayah dan ibu, begitu banyak pertimbangan. Tak jarang, kita mencari dan membuat berbagai alasan agar kepunyaan yang dimiliki tidak berpindah kepada orang tua kita.

Monday, December 17, 2012

TANGGUNGJAWAB PERBUATAN

Setiap Orang Bertanggung Jawab atas Perbuatannya

                 17_13


Dan setiap manusia telah Kami kalungkan (catatan) amal perbuatannya di lehernya. Dan pada hari kiamat Kami keluarkan baginya sebuah kitab dalam keadaan terbuka. (QS Al-Isra 17:13)

Orang-orang yang beriman sempurna saksama menaati perintah ini dan menegakkan keadilan, bahkan jika akibat-akibatnya dapat menyusahkan mereka atau orang-orang yang dicintai. 
Mereka tidak pernah melupakan bahwa mereka harus bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan mereka pada hari Kemudian dan bahwa mereka akan dihadapkan pada hari itu dengan setiap perbuatan baik atau buruk yang telah dilakukan.  
Karena alasan ini, tidak satu pun sasaran yang mungkin mereka raih di dunia ini tampak lebih baik daripada ridha Allah yang mereka harap tercapai pada hari Kemudian.
Salah satu sifat terpenting mukmin yang taat adalah bahwa mereka telah memilih cara “orang-orang terdepan”.  Karena alasan ini, mereka selalu menunjukkan sikap terpuji demi tercapainya harapan mereka meraih ridha Allah.  
Mereka bertindak dengan kesadaran bahwa “untuk setiap terbitnya matahari, ada pahala sedekah bagi orang yang menegakkan keadilan di antara manusia” (HR Bukhari). 
Oleh karena itu, ikatan keluarga maupun keuntungan duniawi pribadi tidak mencegah mereka dari menjalankan keadilan.  Dalam Qur’an, Allah memerintahkan yang berikut.
“Sesungguhnya, Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya, Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”  (QS An-Nisa’, 4: 58)
Dalam ayat lain, Allah memerintahkan mukmin berlaku adil sekalipun terhadap orang-orang yang dibenci.
“Hai, orang-orang yang beriman!  Hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorongmu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat dengan takwa.  Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Ma’idah, 5: 8). 

Wallohualambisshawab

“untuk setiap terbitnya matahari, ada pahala sedekah bagi orang yang menegakkan keadilan di antara manusia” (HR Bukhari).

Saturday, December 15, 2012

PENCARI TIGA JAWABAN

An-Nadhar Ibnul Harits, Pencari Tiga Jawaban 




An-Nadhar Ibnul Harits, Pencari Tiga Jawaban (1)




Dia termasuk salah seorang yang menentang dakwah Islam pada awal kemunculannya dan yang mengahalangi para pengikutnya. 

Namanya dikenal sebagai An-Nadhar Ibnul Harits, salah seorang tokoh golongan kaum kaya Quraisy yang memegang kekuasaan di Kota Makkah. Dia memanfaatkan kekayaan dan kedudukannya untuk menindas para pengikut Nabi Muhammad.

Sepulangnya dari Persia untuk belajar kepada beberapa juru dongeng di kerajaan, di antaranya Rustam dan Isfandiar, an-Nadhar merasa terancam atas kehadiran Rasulullah. Di Makkah, dia melihat Rasulullah yang telah mengaku diutus Tuhan itu membacakan ayat-ayat Alquran yang menarik hati sebagian warga. 

Jika Rasulullah berdakwah di suatu majelis menceritakan berita tentang orang terdahulu, an-Nadhar akan berkata, “Demi Allah, siapakah juru kisah yang paling bagus? Aku atau Muhammad?”

An-Nadhar dan kaum Quraisy lainnya kaget mengetahui dakwah Rasulullah yang semakin menyebar. Beberapa kabilah Arab sudah menjauhi berhalanya setelah didatangi Muhammad. Mereka kemudian menawarkan kedudukan dan harta berlimpah dengan syarat Rasulullah harus berdakwah dengan menghina tuhan-tuhan mereka dan mencerai-beraikan kesatuan kaum Quraisy. Tapi, Rasulullah menolaknya.

Sadar akan kegagalan tersebut, pemuka Quraisy kembali berkumpul mencari jalan lain untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad. An-Nadhar berkata di hadapan para kaum Quraisy, seperti yang dikisahkan dalam sirah Ibnu Hisyam. 

“Hai kaum Quraisy, demi Allah kalian benar-benar ditimpa suatu persoalan yang belum dapat kalian pecahkan. Dahulu, Muhammad hidup di tengah-tengah kalian sebagai seorang anak yang paling kalian senangi, yang paling berkata jujur, dan yang paling dipercaya.” 

“Tatkala kalian melihat tanda-tanda kedewasaan di antara kedua pipinya dan membawa agama baru kepada kalian, lalu kalian berkata, dia tukang sihir. Demi Allah, dia bukan tukang sihir. Aku pernah melihat para tukang sihir, tiupan-tiupan mereka, dan buhul-buhulnya,” ujar an-Nadhar.


An-Nadhar melanjutkan pidatonya dengan kebencian yang jelas akan agama baru itu. 
“Kalian juga berkata, dia adalah dukun. Demi Allah, dia bukan dukun. Aku pernah melihat para dukun dan perilakunya. Serta, kami juga mendengar jampi-jampinya,” kata an-Nadhar. 

“Kalian juga mengatakan, dia adalah seorang penyair. Demi Allah, dia bukan seorag penyair. Kami telah melihat syair dan mendengar seluruh jenisnya, baik yang bermetrum hajaj maupun rujaz.” 

“Kalian mengatakan bahwa dia itu orang gila. Demi Allah, dia bukan orang gila. Kita pernah melihat orang gila, perilakunya, racauannya, dan ketidakwarasannya. Hai Kaum Quraisy, renungkanlah persoalanmu. Demi Allah, kalian benar-benar mengalami persoalan yang besar,” tandas an-Nadhar.

Setelah berkata demikian, kaum Quraisy mengutus an-Nadhar bersama Uqbah bin Abi Mu'ith supaya menemui para pendeta Yahudi di Madinah. Tujuannya, untuk mendapatkan informasi dari para pendeta Yahudi mengenai sejarah nabi dan kaum terdahulu untuk mengonfirmasi kebenaran yang disampaikan oleh Muhammad sekaligus untuk mengetahui pendapat mereka terhadap Muhammad.

Berangkatlah an-Nadhar dan Uqbah ke Madinah dengan bergegas karena ingin segera mendapatkan informasi dari para pendeta atau penjelasan tentang apa yang dibawa oleh Muhammad.

Setelah tiba di perkampungan Yahudi, keduanya menjelaskan keberadaan Muhammad kepada para pendeta. Mereka menerangkan ciri-cirinya, menginformasikan sebagian perkataannya, serta menggambarkan kehidupannya. 

Para pendeta Yahudi pun berkata. “Tanyakanlah kepadanya tentang tiga hal. Jika dia dapat menjawabnya, berarti dia seorang nabi yang diutus. Jika tidak menjawab, berarti dia hanya seorang yang mengada-ada dan mereka-reka sesuatu untuk akalmu,” kata para rabi Yahudi itu.

Pertanyaan pertama mengenai apa yang dialami oleh sekelompok pemuda yang pergi pada zaman dahulu dan memiliki kisah yang menakjubkan. 

Lalu, kaum Quraisy Makkah juga diminta untuk menanyakan kepada Muhammad tentang seseorang yang telah berkeliling dunia hingga mencapai belahan timur dan barat. “Serta, tanyakanlah padanya tentang ruh. Apakah ruh itu?''


Kaum Quraisy Makkah juga diminta untuk menanyakan kepada Muhammad tentang seseorang yang telah berkeliling dunia hingga mencapai belahan timur dan barat.
Para pendeta Yahudi pun mengingatkan kepada kedua bangsawan Quraisy itu, “Jika dia mampu menjawab ketiga pertanyaan itu, ikutilah dia. Sebab, dia adalah seorang Nabi.” 

“Jika tidak, berarti orang itu hanya mengada-ada dan tindaklah dia sesuai dengan apa yang terpikir olehmu,” kata mereka. An-Nadhar dan Uqbah pun pulang.

An-Nadhar lalu memanggil para pemuka Quraisy dan menceritakan apa yang dikatakan oleh para pendeta Yahudi. Kemudian, an-Nadhar dan para pemuka Quraisy pun pergi menemui Rasulullah dan menanyakan ketiga pertanyaan tersebut. Tapi, Rasulullah hanya menjawab. “Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok,” tuturnya.

Ternyata, sampai hari ke-15 Allah tak kunjung menurunkan wahyu dan Jibril tidak menemui Nabi untuk memberi jawaban atas tiga pertanyaan yang diajukan pemuka Quraisy. Atas ketidakmampuan Nabi memberi jawaban itu, petinggi Quraisy pun merasa menang.

“Muhammad berjanji esok hari. Sekarang, kita berada di pagi hari kelima belas. Namun, dia tidak kunjung menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya,” teriak mereka.

Rasulullah pun risau. Akhirnya, datanglah Jibril membawa jawaban yang ditunggu-tunggu itu, yaitu Surah al-Kahfi. Surah ini, di antaranya, menegur Rasulullah karena kesedihannya dalam menghadapi Kaum Quraisy, berita tentang sekelompok pemuda yang dikenal dengan para pemuda gua (ashabul kahfi), tentang seorang laki-laki bernama Zulqarnain yang berkeliling dunia, dan tentang ruh.

Rasulullah pun bertanya kepada Jibril mengenai lambatnya jawaban yang datang. “Hai Jibril, engkau tidak kunjung menemuiku sehingga aku nyaris berburuk sangka,” tuturnya. 

Jibril pun menjawab dalam Surah Maryam ayat 64, “Dan tidaklah kami turun kecuali dengan perintah Tuhanmu kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita, dan apa-apa yang di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.”

Namun, setelah mendengarkan jawaban Nabi Muhammad, para pemuka Quraisy tetap mengingkarinya. Mereka juga tidak menjalankan pesan pendeta Yahudi untuk mengikuti ajaran baru itu bila Rasulullah mampu menjawab tiga pertanyaan tersebut. 

Turunnya Surah al-Kahfi untuk memberi tiga jawaban itu juga diikuti turunnya ayat ke-23 yang merupakan teguran kepada Nabi. “Dan jangan sekali-kali kami mengatakan terhadap sesuatu, sesungguhnya aku akan mengerjakan itu esok pagi, kecuali dengan menyebut Insya Allah.” 


Do'a Yang Terjawab

Pemuka Quraisy kehabisan akal untuk mematahkan argumen mengenai kenabian Muhammad. 

Tiga pertanyaan penting mengenai kaum terdahulu dari para pendeta Yahudi berhasil dijawab Rasulullah dengan benar, walau terlambat 14 hari. Karena itu, tiada jalan lain untuk menghentikan aktivitas dakwah Rasulullah, selain dengan kekerasan.

Para pemuka Quraisy pun memikirkan rencana jahat lain untuk menghancurkan Rasulullah. Mereka berkumpul di Darun Nadwah untuk bermusyawarah. 

An-Nadhar membuka forum dengan berkata, ''Persoalan orang ini telah kalian rasakan. Demi Allah , kita tidak aman dari serangannya melalui para pengikutnya. Karena itu, satukanlah pandangan dalam menghadapinya.''

Pemuka Quraisy kemudian memilih seorang dari setiap kabilah, yaitu pemuda yang kuat, gagah, dan cakap. Kemudian masing-masing pemuda, diberi sebilah pedang. Mereka diinstruksikan untuk menyerang Rasulullah. 

Namun, rencana itu gagal. Rasulullah dapat menyelinap menghindari para pemuda yang mengepung rumahnya, lalu beliau berhijrah ke Yatsrib, kota kaum Anshar.

Kegagalan tersebut dijawab Kaum Quraisy kembali dengan rencana jahat lainnya. Mereka tidak hanya mengusir Nabi dari kampung halamannya serta menyiksa penduduknya dan para pengikutnya. 

Mereka bahkan menyiapkan pasukan yang kuat untuk menghancurkan Rasulullah dan para pengikutnya. Tiga panji Kaum Quraisy dibawa oleh tiga orang dari Bani Abdud Dar, yaitu An-Nadhar, Aziz Ibnu Umair, dan Thalhah Ibnu Abi Thalhah.

Meletuslah Perang Badar. Dalam perang pertama antara kaum Muslim dan kaum Quraisy Makkah itu, kekalahan menimpa orang-orang Makkah. An Nadhar berhasil pun ditawan oleh Al-Miqdad Ibnul Aswad. 

Rasulullah berkomentar mengenai nasib an-Nadhar. ''Dia pernah mengatakan tentang kitab Allah dengan ungkapan yang sama-sama telah kita ketahui,'' kata Nabi.

Kisah An-Nadhar ini diabadaikan Allah dalam Al-Quran. Setidaknya 10 ayat yang berkaitan dengan An-Nadhar diturunkan. Di antaranya adalah Surah Al-Furqaan ayat 5. ''Dan mereka  berkata dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.''

Penolakan an-Nadhar terhadap ajaran Islam juga diungkap dalam Surah An-Anfaal ayat 31-32. ''Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami, mereka berkata, sesungguhnya kami telah mendengat ayat-ayat seperti ini. Kalau kamu menghendaki, niscaya kami dapat membacakan yang seoerti ini. Ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang purbakala.” 

“Dan ingatlah ketika mereka berkata, ya Allah, jika betul Alquran ini, dialah yang benar dari sisi engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit dan datangkanlah kepada kami azab yang pedih.'' 

Dalam Perang Badar itulah do'a an-Nadhar akan turunnya azab itu terjawab. Dia mati terbunuh.


Wallohualambisshawab