Monday, October 29, 2012

SITU CILEUNCA PANGALENGAN, KAB. BANDUNG

Situ Cileunca, Keindahan Alam yang Jarang Tersentuh



Kabupaten Bandung - Tidak hanya terkenal karena wisata belanjanya, Bandung juga dikenal karena keindahannya alam. Salah satunya berada di selatan Kota Bandung, yaitu Situ Cileunca.


Situ Cileunca merupakan danau buatan seluas 1.400 hektar yang dikelilingi oleh bukit-bukit dan pegunungan. Sehingga kita tidak hanya bisa menikmati keindahan danaunya, tapi juga panorama pegunungan yang melatarbelakangi Situ Cileunca.


Tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam, hanya dengan membayar tiket masuk seharga Rp 5.000 anda sudah dapat menikmati keindahan Situ Cileunca yang terletak 45 km dari kota Bandung, tepatnya di Desa Warnasari Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.


Jika Anda ingin mengelilingi danau yang dalamnya 15 sampai 20 meter ini, Anda cukup mengeluarkan uang Rp 10 ribu saja per orangnya untuk menyewa perahu. Anda bisa memilih menggunakan perahu dayung ataupun perahu motor.


Tidak sekedar mengelilingi danau, dengan menggunakan perahu Anda juga akan diajak menuju kebun strawberry dan arbei yang terletak di pinggiran danau. Dengan membayar Rp 2.500, Anda dapat memakan arbei dan strawberry di dalam kebun sepuasnya.


Tapi jika Anda akan membawa pulang strawberry dan arbei maka anda harus membayar lebih. Harga 1 kg arbei Rp 15 ribu- Rp 25 ribu. Sementara strawberry dihargai Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu, tergantung bagaimana Anda pandai-pandai menawarnya.


Meskipun memiliki panorama alam yang indah, menurut Mang Asep salah satu pemilik perahu di Situ Cileunca wisatawan belum begitu banyak yang mengunjungi daerah ini.


"Ramainya sabtu-minggu saja, kalau hari-hari biasa sepi. Jumat sore mulai ramai," ungkap Asep pada detikbandung.


Fasilitas-fasilitas tambahan seperti flying fox dan terapi ikan juga Anda bisa nikmati di Situ Cileunca. Untuk Flying fox Anda harus membayar Rp 5 ribu, sedangkan terapi ikan Rp 10 ribu.


Anda dapat mendirikan tenda di sekitar Situ Cileunca jika ingin bermalam, atau bisa juga menginap di hotel atau villa yang terletak disekitar kawasan situ. Tarif hotel berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000 per malamnya.





JABAL RAHMAH


Jabal Rahmah

Bukit Kasih Sayang di Padang Gersang










Jabbal Rahmah 


Tiang beton persegi empat itu menancap kokoh di puncak bukit batu. "Pasak" bukit berukuran lebar kurang lebih 1 meter dan tingginya sekitar 6 meter itu, seakan tak pernah sepi dari sentuhan jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia. Tugu inilah yang menjadi penanda puncak Jabal Rahmah, tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi umat manusia. Di sinilah Nabi Adam bertemu kembali dengan Siti Hawa, setelah dua ratus tahun terlunta-lunta sejak terusir dari Surga.

Jabal Rahmah adalah perbukitan batu di kawasan kerontang Padang Arafah. Berjarak sekitar 20 kilometer dari kota suci Mekah. Bukit batu dengan ketinggian hanya sekitar 20 meter dari permukaan hamparan padang pasir ini, sejak dulu terutama saat musim haji dan umrah selalu diziarahi ribuan orang setiap harinya.

Jabal Rahmah yang sering dijuluki "Bukit Kasih Sayang" itu merupakan salah satu tempat favorit para penziarah yang berkunjung ke Tanah Suci. Tempat pertemuan nenek moyang manusia ini diyakini merupakan tempat yang afdhol untuk berdoa, terutama bermohon mendapat jodoh. Tak mengherankan jika kawasan ini semarak dengan hal-hal yang berkaitan dengan perjodohan, sarat dengan daya ungkap kasih sayang.

Tugu putih yang berdiri kokoh itu selalu berlepotan dengan tinta warna biru dan hitam, penuh dengan coretan-coretan ungkapan pengharapan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia yang terbilang cukup dominan. Meski setiap tahun petugas Arab Saudi selalu mengecat kembali dengan warna putih, coretan-coretan itu akan kembali mewarnai tugu asmara itu.

Selain di tugu, coretan pun memenuhi batu-batu besar di perbukitan itu, dan ini tampak begitu menonjol "gaya Indonesia"-nya. Juga berserakan aneka foto, tulisan doa yang umumnya adalah ingin mendapat jodoh yang cantik, tampan, saleh dan salehah bagi yang belum berkeluarga, dan doa lainnya.

Kawasan Jabal Rahmah bisa dikata "pasar" di kegersangan Arafah. Karena selalu ramai dikunjungi penziarah, tak mengherankan jika lokasi ini pun diikuti geliat kehidupan ekonomi. Penjual baju muslim, jilbab, lobe, sajadah, jam tangan dan tustel serta berbagai macam keperluan penziarah lainnya, terlihat laku keras di sana dan tidak terasa uang riyal mengalir di tempat itu. Tidak ketinggalan, mat kodak menjaja gambar di sana, termasuk bergambar di atas unta yang sudah terhias dengan aneka warna.

Wednesday, October 24, 2012

TIPS MEMASUKI MASJIDIL HARAM


Tips Masuk Masjidil Haram agar tak Tersesat



Datang ke masjid minimal setengah jam sebelum waktu shalat.Ingat nomor atau nama pintu masuk, kenali seperlunya.Bawa kantong kain untuk menyimpan alas kaki, payung dan sebagainya, dan bisa dibawa saat shalat.Sebelum masuk masjid buat janji sesama jamaah di mana akan bertemu jika ingin pulang bersama.Jangan lupa juga janji pukul berapa bertemu.Tempat berkumpul bisa dipasangi bendera rombongan tinggi-tinggi agar mudah dilihat dari kejauhan.Membuat identitas unik rombongan, bisa dengan selempang, slayer, atau pita di jilbab.



Doa Thawaf (Putaran ke-6)


Dibaca mulai dari Hajar Aswad sampai Rukun Yamani: Allaahumma inna laka ‘alayya huquuqan katsiiratan fiimaa bainii wa bainaka wa huquuqangkatsiiratan fiimaa bainii wa baina khalqik.


Allaahumma maa kaana laka minhaa faghfirhu lii wa maa kaana likhalqika fatahammalahu ‘annii waghninii bihalaalika ‘an haraamika wa bithaa’atika ‘amma’shiyatika wa bifadhlika ‘amman siwaaka yaa waasi’almaghfirah.


Allaahumma inna baitaka ‘azhiimun wa wajhaka kariim wa anta yaa allaahu haliimungkariim ‘ azhiimun tuhibbul’afwa fa’fu ‘annii.


(Ya Allah, sesungguhnya Engkau memberi beberapa kewajiban pada diriku, yang terletak di antaraku dengan Engkau dan kewajiban-kewajiban yang ada padaku dengan makhluk-Mu.


Ya Allah, apapun hak-Mu padaku, ampunilah bagiku dan apapun yang menjadi hak makhluk-Mu, hapuskanlah daripadaku. Cukupkanlah aku dengan rizki-Mu yang halal daripada yang haram, dan dengan berbuat taat pada-Mu daripada berbuat durhaka dan dengan nikmat kelebihan-Mu daripada mengharapkan orang lain selain daripada Engkau saja.


Wahai Tuhan Yang Maha Pengampun dan Engkau Maha Bijak yang sangat suka memberi ampunan, maka ampunilah aku).





KAA'BAH


Keutamaan Ka'bah


Tentang keutamaan Ka'bah, Allah Swt. berfirman: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imran: 96)


Ka'bah merupakan Kiblatnya kaum muslimin. Arah kiblat kaum muslimin ketika melaksanakan shalat adalah menghadadap ke Ka'bah sesuai dengan perintah Allah. Shalat tidak akan sah jika tidak menghadap ke arah Ka'bah, kecuali dalam kondisi darurat.


Selain itu, Muka Ka'bah merupakan tempat yang sangat mulia di muka bumi. Abdullah bin Saib menjumpai Rasulullah SAW pada hari Fath (penaklukan kota Makkah). Ketika itu Nabi SAW sedang menunaikan shalat di hadapan Ka'bah dan beliau melepaskan sandalnya lalu meletakkannya di sebelah kiri beliau.


Ketika Muhammad bin Suqah dan Said bin Jubair di bawah naungan Ka'bah, Said berkata, "Saat ini kamu tengah berada di bawah naungan bangunan yang paling mulia di muka bumi."


Diriwayatkan dari Ibnu Abi Najih, bahwa Abdullah bin Amr bin Ash berkata, "Baitullah itu seluruhnya adalah kiblat, dan kiblatnya sendiri adalah mukanya. Lalu jika mukanya tidak menepatimu, maka (menghadaplah ke arah) kiblat Nabi Saw, sedangkan kiblat Nabi Saw adalah antara mizab hingga rukun syami yang menyertai maqam Ibrahim."


Diceritakan dari Ibnu Saib, bahwa pada hari Fath Nabi Saw melakukan shalat di hadapan Ka'bah, sejajar dengan batu putih. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, lalu bersabda, "Inilah kiblat."


Abdul Majid bin Imran Al-Ajaly menceritakan dari Ibrahim An-Nakha'iy atau Hammad Ibnu Abi Salamah, katanya, “Orang yang memandang Ka'bah bagaikan orang yang sungguh-sungguh dalam beribadah di negeri yang lain.” Dan diceritakan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap sehari semalam Allah Azza Wa Jalla menurunkan 120 rahmat kepada Baitullah, 60 di antaranya untuk orang-orang yang berthawaf, 40 untuk orang-orang yang shalat, dan 20 untuk orang-orang yang memandang (Baitullah).” Utsman juga mengatakan bahwa Yasin pernah bercerita kepadanya dari Abil Asy'ats bin Dinar dari Yunus bin Khabbab, katanya, “Memandang ke arah Ka'bah adalah ibadah di bagian bumi yang lain.”


Dalam riwayat lain dikatakan, Yasin bercerita kepada Utsman dari seorang pria Mujahid, katanya, “Memandang ke arah Ka'bah adalah ibadah, dan masuk ke dalamnya berarti masuk ke dalam kebajikan. Sedang keluar darinya berarti keluar dari keburukan.”


Atha' mendengar Ibnu Abbas berkata, “Memandang ke arah Ka'bah adalah kemurnian iman.” Dan Ibnul Musayyib berkata, “Barangsiapa memandang Ka'bah dengan rasa keimanan dan pembenaran, maka dia telah keluar dari kesalahan-kesalahan sebagaimana ketika dia dilahirkan oleh ibunya.”


Zuhair bin Muhammad juga bercerita kepada Utsman dari Abi Sayib Al-Madany, katanya, “Barangsiapa memandang Ka'bah (dengan penuh keimanan dan pembenaran, maka dosa-dosanya akan berjatuhan sebagaimana daun-daun berguguran dari pepohonan.”


Zubair bin Muhammad berkata kepada Utsman, “Orang yang duduk di Masjidil Haram seraya memandang ke arah Baitullah, tanpa thawaf maupun shalat itu lebih utama daripada orang yang mengerjakan shalat di rumahnya tanpa memandang Baitullah.”


Utsman mendengar dari Atha', katanya, “Memandang Baitullah adalah ibadah, dan orang yang memandang Baitullah itu ibarat orang yang berpuasa, melakukan shalat malam secara terus-menerus, menahan hawa nafsu, dan berjihad di jalan Allah SWT.”


Makhul mengatakan Rasulullah SAW bersabda, “Ada lima hal yang tergolong ibadah. Dan memandang ke arah Ka'bah adalah salah satu ibadah.







THAWAF


Memaknai Thawaf







KETIKA malaikat mempertanyakan kebijakan Tuhan tentang rencana penciptaan manusia sebagai makhluk pendatang baru dan sekaligus akan ditunjuk sebagai khalifah di jagat raya, Tuhan menjawab dengan tegas: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (Q.S. 2: 30).


Malaikat merasa bersalah dengan pertanyaan itu lalu mereka memohon ampun dengan cara mengelilingi Arasy, istana Tuhan, sambil menangis selama 40 hari. Selama 40 hari Tuhan tidak menyapa malaikat. Hari ke-41 Tuhan membuatkan miniatur Arasy di Baitul Makmur dan di sanalah para malaikat diminta melanjutkan thawaf-nya. Di sana pula Adam dan Hawa ikut serta melaksanakan thawaf. Thawaf merupakan bentuk ibadah tertua yang juga dilakukan oleh seluruh makhluk makrokosmos, seperti planet dalam galaksi bimasakti.


Thawaf sebenarnya adalah simbolisasi dari perjalanan hidup manusia dalam rangka mendekat kepada Allah. Sering disebut bahwa Allah merupakan asal dan akhir. Manusia, seperti halnya semua makhluk lainnya, berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah SWT. Siapa saja yang mengorientasikan hidupnya kepada selain Allah, maka ia telah keluar dari orbit penciptaannya. Keluar dari orbit sama artinya dengan kehancuran.


Setelah Rasulullah Saw membawa agama yang ‘telah disempurnakan’, bentuk ibadah tertua inipun mendapat penyempurnaan. Thawaf merupakan ritual yang disimbolkan dengan mengelilingi Ka'bah. Thawaf pun disariatkan kepada umat Islam, bahkan menjadi salah satu rukun haji.


Semua jamaah haji pasti melakukan thawaf, tidak membedakan suku bangsa dan negara. Dari ritual ini pesan yang muncul adalah bahwa semua manusia sama di hadapan Tuhan. Status sosial seperti kekayaan, pangkat, jabatan tidak meninggikan kedudukan seseorang di mata-Nya. Melakukan thawaf yang menjadikan pelakunya larut dan berbaur bersama manusia-manusia lain, serta memberi kesan kebersamaan menuju satu tujuan yang sama yakni berada dalam lingkungan Allah SWT.


Di hadapan Ka’bah yang berbentuk kubus ini, para pelaku thawaf akan merenungkan keunikan Ka’bah yang menghadap ke segala arah, yang melambangkan universalitas dan kemutlakan Tuhan; suatu sifat Tuhan yang tidak berpihak tetapi merahmati seluruh alam (Q. S. 106: 21). Dengan tawaf, umat manusia dididik aktif bergaul menjalin komunikasi dengan Tuhan dan antarmanusia (Q. S. 112: 2).


Semua rentetan ritual ini mengandung pesan mendalam sebagai ibrah (pelajaran) dalam hidup dan kehidupan. Dalam Thawaf, misalnya, seseorang perlu menjaga laju langkahnya dengan orang lain. Bila terlalu cepat maka ia akan menabrak orang lain di depannya. Bila terlalu lamban ia akan ditabrak pelaku thawaf di belakangnya. Seperti bulan mengitari bumi. Dan bumi bersama planet-planet lain mengitari matahari. Masing-masing benda-benda langit tersebut berjalan mengitari orbitnya, sesuai apa yang diperintahkan Allah kepada mereka (Q.S. 36: 36-40).


Sedangkan kita manusia, berjalan dalam orbit Allah yang disimbolkan dengan Ka’bah. Inilah makna Firman Allah SWT : “Sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.” (Q.S. 6: 162).


Apa yang dilakukan, sekalipun berat, harus berjalan tujuh kali putaran dilakukan dengan cara dan hitungan yang benar. Sekalipun berthawaf tidak memerlukan pengawas oleh siapapun, karena dilakukan dengan keyakinan--keimanan, keikhlasan dan semata-mata untuk mengabdi kepada Allah, maka tugas itu ditunaikan dengan penuh kesungguhan tanpa manipulasi sedikitpun. Tidak akan ada orang thawaf mengurangi jumlah putaran sebagaimana yang disyari’ahkan. Mereka akan melakukan tujuh kali putaran dengan cara apapun melakukannya.


Apapun dan siapapun orang itu, ia harus selalu menjadikan ketaatan kepada Allah sebagai fokus sentral kehidupannya. Sehingga apapun dan bagaimanapun yang dilakukan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, dan yang lebih penting lagi bahwa itu semua memperoleh legitimasi Rabbani karena dilandasi niat memenuhi perintah Allah, dilaksanakan sesuai syari’atNya dan digunakan di jalan Allah SWT.


Thawaf, ritual ibadah paling tua itu, yang disariatkan setelah mendapat penyempurnaan itu, mencerminkan pentingnya menjaga konsistensi hidup di dalam orbit ketaatan kepada Allah SWT.


SA'I


Antara Shafa dan Marwa





Lima ribu enam ratus tahun silam. Lembah Mekah begitu gersang, senyap tak ada kehidupan. Cekungan itu merupakan lembah mati yang dipagari gunung batu di antara keluasan padang pasir. Namun, entah alasan apa, Ibrahim justru membawa istri dan anaknya ke lembah gersang ini untuk memulai kehidupan. 


Siti Hajar hanya bisa pasrah ketika Ibrahim, suaminya itu, meninggalkan dirinya dan putranya yang masih bayi merah, Ismail, di tengah terik matahari dan kegersangan yang senyap lembah Mekah. Saat sang bayi menangis terus, diserang dahaga di tengah terik, Siti Hajar begitu tegar dalam kepasrahan. 


Sang bayi digeletakkan begitu saja, persis di tengah lembah. Lantas, Siti Hajar pun berusaha mencari setetes air untuk sekadar penghilang dahaga anak tercinta. Meski tahu itu sesuatu yang mustahil, mendapat air di tengah kegersangan, namun ia berusaha, terus berusaha dan berusaha keras. Mondar mandir dari satu bukit ke bukit lainnya. 


Keyakinan wanita ini akan kebesaran dan kemahakuasaan Allah sedemikian kokoh. Keyakinannya yang begitu dalam tak menjadikannya samasekali berpangku tangan menunggu turunnya hujan dari langit, tapi ia berusaha dan berusaha berkali-kali naik turun bukit batu demi mencari kehidupan. 


Hajar memulai usahanya dari bukit Shafa yang arti harfiahnya adalah "kesucian dan ketegaran" --sebagai lambang bahwa mencapai kehidupan harus dengan usaha yang dimulai dengan kesucian dan ketegaran-- dan berakhir di Marwa yang berarti "ideal manusia, sikap menghargai, bermurah hati dan memaafkan orang lain". Momen ini begitu monumental. Bahkan, akhirnya dilestarikan menjadi salah satu rukun ibadah haji, yakni sa'i. 


Sa'i --berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa, seperti halnya yang dilakukan Siti Hajar ketika itu-- menjadi salah satu ritual ibadah haji. Dan, seperti halnya rukun lainnya menjadi salah satu ritual simbolik yang menyimpan banyak makna. Sa'i mencerminkan sikap percaya diri dan etos kerja. Sa'i adalah lambang dari usaha mencari kehidupan duniawi. 


Sa'i merupakan simbol penyempurna sikap optimisme dan dinamisme dalam hidup. Sa'i merupakan simbol perjuangan untuk meraih sesuatu (setetes air untuk penawar dahaga di tengah padang tandus). Ini merupakan cerminan bagi kita, hidup dituntut suatu usaha yang maksimal (Q.S.:13: 12). Menyerah dengan kondisi dan keadaan bukanlah cerminan ajaran Islam. 


Jika semangat sa'i ini kita terapkan secara konsekuen dalam hal apa pun, maka grafik dinamisasi umat Islam lebih tinggi dibandingkan umat-umat lainnya. Keidentikan umat Islam sebagai umat yang terbelakang dan ketertinggalan sebagaimana kita rasakan saat ini dalam percaturan peradaban dunia, sesungguhnya dikarenakan semangat sa'i dalam diri kita belum optimal. 

Karena itu, memahami makna sa'i secara totalitas mutlak dilakukan, dalam artian, mengerahkan segala potensi diri secara personal, berusaha bahu membahu dalam kerangka komunal, yang akhirnya bermuara pada kemapanan peradaban umat Islam.



  

ARAFAH ATAU ARAFAT





Hamparan Hijau di Padang Gersang











Arafah atau Arafat adalah nama sebuah padang pasir yang tandus dan mengerikan, dikelilingi oleh bukit batu tanpa air dan tanpa kehidupan. Sejauh mata memandang, yang tampak hanyalah kekeringan dan kengerian yang tak berujung. Tidak heran bila padang tandus ini bukan merupakan jalan yang umum dilalui oleh kafilah, karena tidak ada satu pun wadi (tempat berair) di sana.


Dahulu, Padang Arafah sering digunakan sebagai tempat pembuangan para pejuang Islam oleh kaum Jahiliah yang selalu mengejar, menangkapi, dan bahkan menyiksa mereka. Pada umumnya, mereka yang dibuang dan diasingkan ke tempat itu jarang yang dapat kembali hidup-hidup, karena di Padang Arafah memang tidak ada kehidupan.


Meskipun demikian, oleh para pejuang Islam yang gigih, Padang Arafah justru sering juga digunakan sebagai tempat untuk bersembunyi dari kejaran para Jahiliah serta musuh-musuh Islam saat itu. Karena oleh pihak musuh, mereka yang memasuki daerah tersebut dianggap sama saja dengan bunuh diri secara suka rela.


Padang Arafah terletak di sebelah timur kota Mekah, berjarak hanya 25 km. Betapapun, Padang Arafah tetap merupakan tempat yang setahun sekali dituju dan didatangi oleh umat Islam yang akan melaksanakan salah satu syariat di dalam ibadah haji, yaitu wukuf. Selama 1-2 hari setiap tahun, berjuta-juta umat Islam mendatangi tempat ini untuk wukuf yang menjadi salah satu rukun ibadah haji, yaitu pada 9-10 Zulhijah.


Sebelum 1970-an, bangunan tenda yang dipergunakan oleh para jamaah untuk berteduh ketika wukuf terdapat di tengah lapangan gurun pasir yang kering, langsung di bawah naungan langit, sehingga sangat terasa betapa panas dan gerah berada di dalam tenda. Panas yang datang dari pancaran sinar matahari serta dari pasir gurun, terasa sangat menyengat dan menyakitkan. Hanya di malam hari, ketika matahari tenggelam dan angin bertiup semilir, rasa panas berkurang.


Berada pada ketinggian 750 kaki di atas permukaan laut, Arafah adalah suatu padang pasir yang gersang tanpa tumbuhan selama berabad-abad. Di tengah-tengah padang pasir itu terlihat bukit-bukit kecil yang dinamakan “Jabal Rahmah”. Di sini, menurut riwayat, Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terpisah jauh sejak mereka berdua terusir dari surga.


Sekarang, Padang Arafah sudah berubah wajah. Kekeringan dan kengerian yang diakibatkan oleh gurun tandus dan gersang tanpa air mulai sirna, digantikan oleh kehijauan yang disebabkan oleh pohon pelindung dan pohon hias, terutama pohon nimba yang konon didatangkan khusus dari Indonesia.


Dari puncak Jabal Ramah, sejauh-jauh mata memandang, yang tampak sekarang adalah hamparan hijau yang penuh kesegaran dan kehidupan. Siapa pun tidak akan percaya bahwa kawasan ini, dahulunya selama ribuan tahun, merupakan padang tandus yang sangat mengerikan.


Tuesday, October 23, 2012

IJBA KLENIK


TINGKAH LAKU KEAGAMAAN YANG MENYIMPANG


            Norma norma dalam kehidupan sosial merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi tolak ukur tingkah laku sosial. Tingkah laku yang menyalahi norma yang berlaku disebut tingkah laku yang menyimpang. Dalam kehidupan masyarakat terjadi berbagai bentuk tingkah laku keagamaan yang menyimpang. Karena itu, dalam kondisi yang bagaimanapun, bentuk tingkah laku yang menyimpang masih dapat diketahui dan dibedakan dari norma-norma yang berlaku.

A. Aliran Klenik

            Klenik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan akan hal-hal yang mengandung rahasia dan tidak masuk akal. Dalam kenyataan di masyarakat praktik yang bersifat klenik memiliki karakteristik yang hampir sama, yaitu:
  1. Pelakunya menokohkan diri selalu selalu orang suci dan umumnya tidak memiliki latar belakang yang jelas (asing)
  2. Mendakwahkan diri memiliki kemampuan luar biasa dalam masalah yang berhubungan dengan hal-hal yang gaib.
  3. Menggunakan ajaran agama sebagai alat untuk menarik kepercayaan masyarakat.
  4. Kebenaran ajarannya tidak dapat dibuktikan secara rasional.
  5. Memiliki tujuan tertentu yang cenderung merugikan masyarakat.

Aliran klenik sebagai bagian dari bentuk tingkah laku keagamaan yang menyimpang akan senantiasa muncul dalam setiap masyarakat, apa pun latar belakang kepercayaannya. Aliran-aliran klenik ini kemudian dapat pula berkembang menjadi aliran-aliran kepercayaan dan aliran kebatinan. Dan menurut Prof. Dr. Hamka, aliran klenik ini timbul oleh kekacauan pikiran lantaran kacaunya ekonomi, sosial, dan politik hingga mendorong masyarakat untuk melepaskan pikirannya dari pengaruh kenyataan, lalu masuk ke dalam daerah khayalan tasawuf. Kadang-kadang mereka merasa menganut agama yang berdiri sendiri, bukan Islam, bukan Budha, bukan Kristen. Di Indonesia sendiri, menurut H.M. As’ad el Hafidy, hingga tahun 1977, ada 156 jenis aliran kepercayan dan kebatinan.


B. Konversi Agama  

1. Pengertian Konversi Agama
Konversi agama menurut etimologi mengandung pengertian bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap agama atau masuk ke dalam agama. Sedangkan konversi agama menurut terminologi adalah suatu tindakan di mana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah  ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
            Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan tempat berada. Selain itu,konversi agama yang dimaksudkan memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
  1. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianut.
  2. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
  3. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama yang lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
  4. Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itu pun disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.


2. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama
            Konversi agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni, diantaranya:
  1. Para ahli agama menyatakan disebabkan oleh petunjuk Ilahi atau pengaruh supernatural.
  2. Para ahli sosiologi berpendapat, disebabkan oleh pengaruh sosial, diantaranya: pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan atau non agama, pengaruh kebiasaan yang rutin, pengaruh propaganda, pengaruh pemimpin keagamaan, pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi, pengaruh kekuasaan pemimpin.
  3. Para ahli psikologi berpendapat, disebabkan oleh faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern dan ekstern
  4. Para ahli ilmu pendidikan berpendapat, disebabkan oleh kondisi pendidikan.

3. Proses Konversi Agama
            Menurut H. Carrier, proses konversi agama terbagi dalam pentahapan sebagai berikut:
  1. Terjadinya disintegrasi sintesis kognitif dan mitovasi sebagai akibat krisis yang dialami.
  2. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru.
  3. Tumbuh sikap menerima konsepsi agama yang baru serta peranan yang dituntut oleh ajarannya.
  4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
Dr. Zakiah Darajat memberikan pendapatnya berdasarkan proses proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 (lima) tahap, yaitu:
  1. Masa tenang                             ; agama belum mempengaruhi sikapnya.
  2. Masa ketidaktenangan               ; agama telah telah mempengaruhi batinnya.
  3. Masa konversi                           ; konflik batin mengalami keredaan.
  4. Masa tenang dan tenteram         ; kepuasan terhadap keputusan yang sudah diambil.
  5. Masa ekspresi konversi              ; sikap menerima terhadap konsep baru dari ajaran agama.

C. Konflik agama

            Sistem nilai yang dianggap paling tinggi adalah nilai-nilai agama yang ajarannya bersumber dari Tuhan maka tak mengherankan bila agama sering dijadikan “alat pemicu” yang paling potensial untuk melahirkan suatu konflik. Walaupun demikian, terjadinya konflik agama tidak semata-mata disebabkan satu faktor tunggal, melainkan kumpulan dari berbagai faktor. Konflik agama sebagai perilaku keagamaan yang menyimpang, dapat terjadi karena adanya “pemasungan” nilai-nilai ajaran agama itu sendiri. Penyimpangan seperti itu antara lain oleh adanya sebab dan pengaruh yang melatarbelakanginya, antara lain:

1. Pengetahuan Agama yang Dangkal
            Secara psikologis, masyarakat awam cenderung mendahulukan emosi ketimbang nalar. Kondisi yang demikian itu, memberi peluang bagi masuknya pengaruh-pengaruh negatif dari luar yang mengatasnamakan agama. Apabila pengaruh tersebut dapat menimbulkan respons emosional, maka konflik dapat dimunculkan. Tegasnya, mereka yang awam akan berpeluang untuk diadu domba.

2. Fanatisme 
        Dalam kehidupan masyarakat beragama, ketaatan beragama cenderung dipahami sebagai “pembenaran” yang berlebihan. Pemahaman yang demikian itu akan membawa kepada sikap fanatisme, hingga menganggap hanya agama yang dianutnyalah sebagai yang paling benar. Adapun agama yang selain itu adalah salah. Sudut pandang yang seperti ini cenderung akan melahirkan kritik atau penyalahan terhadap penganut agama lain. Semuanya itu akan menimbulkan kerawanan hubungan antar pemeluk agama yang berpotensi untuk melahirkan konflik agama.

3. Agama sebagai Doktrin
         Ada kecenderungan di masyarakat, bahwa agama dipahami sebagai doktrin yang bersifat normatif. Pemahaman yang demikian menjadikan ajaran agama sebagai ajaran yang kaku. Pemahaman ajaran agama yang dipersempit ini cenderung menjadikan pemeluknya menggunakan penilai hitam-putih, yang menjurus pada munculnya kelompok-kelompok ekstrem dalam bentuk gerakan sempalan yang eksklusif. Kondisi seperti itu bagaimanapun akan mengurangi sikap toleran yang dapat mengganggu hubungan antar sesama umat beragama.

4. Simbol-simbol
            Agama merupakan sebuah keyakinan, juga mengandung simbol-simbol yang oleh penganutnya dinilai sebagai sesuatu yang suci yang perlu dipertahankan. Sebab terkadang penyalahgunaan dari simbol-simbol dapat menimbulkan anggapan sebagai bentuk “pelecehan” terhadap agama oleh pemeluknya. Semuanya itu akan menimbulkan kerawanan dan berpeluang menyulut konflik agama.

5. Tokoh Agama
            Bila terjadi konflik sosial, yang kebetulan pihak yang terlibat adalah bagian dari penganut agama yang berbeda, maka isu agama mudah masuk. Tidak jarang para tokoh agama ikut terpengaruh oleh isu-isu tersebut. Kalaulah hal seperti itu terjadi, maka dikhawatirkan para tokoh agama akan ikut terlibat dalam konflik. Biasanya kondisi seperti itu mudah mempengaruhi emosi massa.

6. Sejarah
            Dalam kasus sosial, kadang-kadang muatan sejarah keagamaan ini lagi-lagi dimunculkan, hingga dapat menyulut konflik. Tumpangan muatan sejarah masa lalu dapat mengobarkan semangat “balas dendam” antar penganut agama yang berbeda.

7. Berebut Surga
            Usaha untuk memperebutkan surga akan timbul bukan saja di dalam kelompok penganut agama yang berbeda, tapi juga bisa terjadi dalam kelompok seagama. Bila pandangan seperti ini meningkat pada klaim sepihak, maka konflik pun tidak akan dapat dihindarkan. Paling tidak akan menumbuhkan rasa permusuhan.

D. Terorisme dan Agama

            Terorisme adalah tindakan yang dengan sengaja menggunakan kekerasan terhadap sipil atau sasaran sipil untuk mencapai tujuan politik. Titik awal dari terorisme sering dikaitkan dengan fundamentalisme, khususnya Islam. Namun apakah terorisme terkait langsung dengan agama, memang sulit untuk dijawab secara singkat. Apalagi dengan agama tertentu.

1.  Fundamentalisme
Fundamentalisme merupakan usaha yang menghendaki agar kembali ke kepercayaan dasar atau dasar-dasar suatu agama. Fundamentalisme dalam Islam terarah kepada tradisi tajdid (pembaharuan) dan islah (perbaikan) yang mencakup gagasan politik dan aktivitas sosial, sejak awal abad hingga sekarang. Jadi istilah yang lebih tepat adalah kebangkitan dan aktivisme Islam. Kaitan antara fundamentalisme dengan terorisme kental dengan unsur politik di dalamnya. Menurut John L. Elposito, “fundamentalisme” kerap disejajarkan dengan aktivitas politik, ekstremisme, fanatisme, terorisme dan anti-Amerikanisme.

2. Radikalisme
            Radikalisme diidentikkan dengan sikap ekstrem dalam aliran politik. Seperti halnya fundamentalisme, maka radikalisme juga dianggap sebagai gerakan yang yang ekstremisme dan eksklusivisme. Gerakan yang dilatarbelakanginya menjadi cocok untuk dikaitkan dengan terorisme. Radikalisme pada dasarnya merupakan gerakan pendobrak terhadap kondisi yang mapan, karena didorong keinginan untuk menciptakan suatu kondisi baru yang diingini, dengan cara yang tepat. Dengan demikian, radikalisme tidak selalu berkonotasi negatif. Bila kondisi baru yang tercipta oleh adanya perubahan tersebut bermanfaat bagi peningkatan peradaban dan kehidupan manusia, barangkali radikalisme dapat diterima. Sebaliknya,bila gerakan tersebut menimbulkan malapetaka, maka radikalisme akan mendatangkan kecaman.

3. Mitos-mitos Keagamaan
            Pemikiran mitologis ini muncul dalam dua bentuk paradoksal. Pertama, radikalisme-eskapis, berusaha melepaskan kehidupan dunia, hidup bertapa, membebaskan diri dari berbagai kenikmatan duniawi yang dianggap racun dan bersifat maya. Kedua, radikalisme-teologis, membangun komunitas eksklusif. Mitologi keagamaan ternyata dapat membangkitkan radikalisme yang paradoksal, memiliki sudut pandang hitam-putih, kawan-musuh, suci-dosa, iman-kafir, surga-neraka.
                Gerakan terorisme yang digerakkan oleh radikalisme agama akan sulit dihilangkan. Gerakan ini akan muncul apabila terjadi krisis sosial. Di saat itu, mitos agama akan menjadi “dagangan” yang laris untuk menggerakkan para pendukungnya melakukan tindakan teror. Timbulnya gerakan ini mungkin dapat diantisipasi dengan meningkatkan pendidikan. Penganut agama yang memiliki pendidikan yang memadai akan mampu menjaga diri dari pengaruh negatif yang dilatarbelakangi mitos keagamaan. Kajian psikologi agama melihat bahwa terorisme merupakan bagian dari tingkah laku keagamaan yang menyimpang. Gerakan  seperti itu tak lepas dari faktor-faktor kejiwaan yang mempengaruhi para pendukungnya. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Konsep Messianisme
            Konsep messianisme atau Ratu Adil ini sebenarnya menjadi ikon (simbol cita-cita batin) masyarakat pinggiran yang miskin dan tertindas. Konsep messianisme ini dijumpai dalam setiap kelompok masyarakat dan juga agama. Konsep ini ada yang dikenal dengan sebutan Ratu Adil, Al-Mahdi, Mujaddid, reformis, mesiah dan sebagainya. Intinya adalah sama, yakni “tokoh” yang mampu membawa masyarakat dan menciptakan suatu kondisi kehidupan baru yang lebih baik, lebih adil dan lebih nyaman. Melalui janji-janji dan tampilan yang memukau, lazimnya tokoh ini mampu mempengaruhi massa umumnya dikaitkan dengan doktrin agama.

b. Menebus Dosa
            Dalam kondisi tertentu, konsep pertobatan ini dapat dinaikkan intensitasnya ke tingkat yang lebih tinggi, yakni “pengampunan total” dan “kehidupan surgawi”. Untuk mencapai tingkat terhormat dan mulia ini, perlu dilakukan melalui pengorbanan yang berat alternatif yang umumnya disuguhkan adalah berjihad di jalan Tuhan. Kiat serupa ini dapat memberi pengaruh psikologis yang bersifat sugestif, mampu mengubah sikap mental kelompok, hingga terdorong untuk berbuat nekad.

c. Memupuk Kebencian
            Klaim saling membenarkan antar agama akan menyulut rasa kebencian antar pemeluk agama yang tak berkesudahan. Tak jarang pemuka agama terjebak dalam anggapan diri sebagai “pahlawan agama”, bila mampu mengungkapkan kejelekan kelompok agama lain, hingga mampu menumbuhkan rasa kebencian yang berlebihan terhadap kelompok agama yang dianggap “musuh” itu di kalangan pengikutnya masing-masing. Dalam kondisi yang demikian, kelompok ini akan mudah digerakkan untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap kelompok saingannya.

E. Fatalisme

            Sikap pasrah yang mengarah kepada fatalisme (berserah kepada nasib) dapat dikategorikan tingkah laku keagamaan yang menyimpang. Sikap seperti ini setidaknya mengabaikan fungsi dan peran akal secara normal. Padahal agama menempatkan akal pada kedudukan yang tinggi. Dan tampaknya secara psikologis “pemandulan” fungsi akal dalam pemahaman nilai-nilai ajaran agama akan memberi imbas terbentuknya opini serta sikap keberagamaan para penganutnya, termasuk sikap pasrah tanpa pamrih (fatalisme). Secara psikologis, faktor yang melatarbelakangi munculnya fatalisme, Yakni:

1. Pemahaman yang Keliru.
            Sebagai manusia biasa, para agamawan memiliki latar belakang sosio-kultural, tingkat pendidikan, maupun kapasitas yang berbeda. Dalam kondisi seperti itu terbuka peluang timbulnya salah “tafsir” dalam memahami pesan-pesan kitab suci maupun risalah Rasul tersebut.

2. Otoritas Agamawan
            Dengan menggunakan otoritasnya yang berlebihan, pemimpin agama terjebak kepada upaya untuk memitoskan ajaran agama. Ajaran agama dijadikan sebagi alat untuk “menyihir” pengikutnya. Kata-kata yang dikeluarkan harus dianggap sebagi fatwa yang bila dilanggar akan berakibat buruk. Pemimpin agama ini berusaha menciptakan situasi psikologis pengikutnya melalui otoritas keagamaan yang ia miliki, hingga mempengaruhi terbentuknya sikap penurut.
            Manusia dalam pandangan behaviorisme adalah sebuah organisme, Skinner merumuskan bahwa:
  1. Pertimbangan perasaan, pemikiran dan gejolak batin tidak mempengaruhi terbentuknya tingkah laku
  2. Diakui adanya pengaruh faktor hereditas
  3. Pengaruh perbedaan kreativitas serta pengetahuan pribadi dari tradisi yang berlaku.

Dalam pendekatan psikoanalisa, tingkah laku menyimpang dipengaruhi oleh berbagai gejala kejiwaan sebagai reaksi terhadap kecemasan batin, bentuk reaksi tersebut adalah:
  1. Undoing                                    (pasif)
  2. Projection                                  (proyeksi)
  3. Rationalization                           (merasionalisasikan)
  4. Denial                                       (penolakan)
  5. Identification                              (mengidentifikasi)
  6. Displacement or sublimation       (memindahkan)
  7. Fixation and regression              (menyurut) 




-----------------------o0o-----------------------



Monday, October 22, 2012

AQIDAH - RUKUN IMAN

                                                               
 ﻭﺍﻧﺘﻢﺍﻻﻋﻠﻮﻥﺍﻥﻛﻨﺘﻢﻣﺆﻣﻨﯿﻦﺭﺑﻨﺎﻣﺎﺧﻠﻘﺘﺎﻫﺬﺍﺑﺎﻁﻼﻭﺍﻟﺬﻳﻦﺟﺎﻫﺪﻭﺍﻓﻴﻨﺎﻟﻨﻬﺪﻳﻨﻬﻢﺳﺒﻠﻨﺎﺍﺫﻛﺮﻭ ﻧﮯ ﺍﺫﻛﺮ ﻛﻢﻳﺮﻓﻊﺍﷲﺍﻟﺬﻳﻦﺁﻣﻨﻮﺍﻣﻨﻜﻢﻭﺍﻟﺬﻳﻦﺍﻭﺗﻮﺍﺍﻟﻌﻠﻢﺭﺟﺎﺕﺍﺩﻮﻧﻲﺍﺳﺘﺠﺐﻟﻜﻢ 

RUKUN IMAN YANG ENAM

Iman artinya percaya terhadap kebenaran sesuatu dengan sepenuh hati . Orang beriman disebut mukmin  Kita sebagai mukmin wajib mempercayai dan meyakini rukun iman yang enam. Keenam rukun Iman itu harus kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi orang yang taqwa. Keenam rukun Iman itu adalah :
  1. iman kepada Allah
  2. iman kepada malaikat
  3. iman kepada kitab-kitab Allah
  4. iman kepada rasul-rasul Allah
  5. iman kepada hari kiamat
  6. iman kepada qodho’ dan qodar

A. IMAN KEPADA ALLAH

Manusia hidup tanpa keimanan seperti orang yang tidak punya pegangan hidup. Dia tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya. Dia akan menjalani kehidupannya hanya menurut pikirannya sendiri, dan kehendak hatinya sendiri.
Orang yangberiman mempunyai pegangan hidup, ia sadar siapa dirinya . Ia tidak akan berbuat menurut sekehendak hatinya , tapi menurut jalan yang benar dan tidak akan merugikan orang lain atau menyusahkannya.
Manusia hidup tanpa keimanan akan mudah bebuat jahat . Sebab yang penting baginya agar maksud hatinya tercapai . Segala cara halal , dan haram akan dilakukannya akibatnya orang lain hidup penuh dengan ketakutan . sebaiknya orang yang beriman ia akan berbuat sesuatu menurut peratuaran yang berlaku ., menurut jalan yang benar . Sehingga masyarakat akan merasa aman, penuh dengan ketenteraman.

Tampak bulan purnama dan bintang bintang sedang bersinar pada malam hari. Tampak pula gunung dan laut terkena cahaya bulan terlihat indah.

Dengan memperhatikan gambar diatas , timbul pertanyaan dalam pikiran kita seperti di bawah ini :
  1. Siapa yang menjadikan matahari ?
  2. Bisakah manusia membuat matahari ?
  3. siapa yang menajadikan gunung-gunung ?
  4. Bisakah manusia membuat gunung ?
  5. Siapa yang menciptakan laut begitu luas ?
  6. Bisakah manusia menciptakan laut yang begitu luas ?
  7. Siapakah yang membuat bulan ?
  8. Bisakah manusia membuat bulan ?
  9. Siapa yang membuat bintang-bintang bertaburan ?
  10. Bisakah manusia membuat seperti bintang- bitang di Langit ?

Dapat juga timbul pertanyaan yang lain ?
  1. Bisakah manusia hidup untuk selama-lamanya, tidak akan mati ?
  2. Bisakah manusia membuat air ?
  3. Bisakah manusia membuat angin ?
  4. Bisakah manusia membuat mata , jika buta, buat yang baru ?

Dari semua uraian –uraian di atas menunjukkan kepada kita bahwa mereka harus beriman kepada Allah . manusia mempunyai banyak kelemahan –kelemahan, memerlukan bantuan dan petunjuk. Untuk memperoleh bantuan dan petunjuk itulah diperlukan keharusan beriman.




ALLAH SWT



Allah berfirman dalam surat Ali imran  ayat 139 :
           

ﻭﺍﻧﺘﻢﺍﻻﻋﻠﻮﻥﺍﻥﻛﻨﺘﻢﻣﺆﻣﻨﯿﻦ


Artinya : “ Engkaulah yang paling tinggi jika engkau beriman”.
Orang yang beriman mengetahui bahwa dirinya dijadikan tidaklah dengan sia-sia.
Tidak akan dibiarkan begitu saja, melainkan akan dibimbing oleh allah ke jalan yang benar .


ﺭﺑﻨﺎﻣﺎﺧﻠﻘﺘﺎﻫﺬﺍﺑﺎﻁﻼ........

                       
Artinya : “ Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan semua ini dengan sia-sia….”. QS Al Imran 191.
 

ﻭﺍﻟﺬﻳﻦﺟﺎﻫﺪﻭﺍﻓﻴﻨﺎﻟﻨﻬﺪﻳﻨﻬﻢﺳﺒﻠﻨﺎ


      Artinya : “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh , di jalan kami, niscaya kami tunjuki mereka            
                      ke jalan kami…”.       ( QS. Al Ankabut 69 )


            Dan orang yang beriman tidak merasa kesepian , walaupun seoang diri . Kita salat seorang diri,
                           dia mengucapkan Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya kepada Engkau minta tolong”.
                           Cara meningkatkan Keimanan kepada Allah SWT         
Iman adalah Urat nadi dalam ajaran islam . harus dipelihara , agar tetap teguh beriman , tidak terpengaruh oleh berbagai godaan dan keadaan .
                                       Cara meningkatkan keimanan , antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :
1.      Jangan suka meninggalkan Shalat lima waktu dalam sehari semalam . Usahakan mengerjakan tepat pada waktunya, dan berusahalah memahami arti bacaan shalat . Sehingga kita mengetahui makna apa yang kita ucapkan dalam bacaan shalat.
2.      Biasakan diri kita berdikir, terutama sesudah shalat. Kebiasaan berikir menumbuhkan kekuatan dan ketenangan batin .


ﺍﺫﻛﺮﻭ ﻧﮯ ﺍﺫﻛﺮ ﻛﻢ


                                       Artinya :
Ingatlah kamu kepadaKu , niscaya Aku akan memperhatikan mu “.

3.      Biaskan berdo’a terutama sesudah shalat. Berdo’a kepada allah berarti kita punya hubungan dengan Allah .Karena Allah tempat kita mengadu dan meminta sesuatu.

ﺍﺩ ﻋﻮﻧﻲ ﺍﺳﺘﺠﺐ ﻟﻜﻢ


                                       Artinya : berdo’alah  kepada Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. ( QS. Al Mukmin : 60 )

4.      Biasakan mengerjakan perbuatan yang  perbuatan yang baik, berusaha menghindari tingkah laku yang tidak senonoh.
                           Menjauhi larangan Allah
5.      Berusaha meningkatkan Ilmu pengetahuan. Ajaran Agama Islam lebih mudah dipahami dan dihayati dengqan ilmu pengetahuan . Allah berfirman :


ﻳﺮﻓﻊﺍﷲﺍﻟﺬﻳﻦﺁﻣﻨﻮﺍﻣﻨﻜﻢﻭﺍﻟﺬﻳﻦﺍﻭﺗﻮﺍﺍﻟﻌﻠﻢﺭﺟﺎﺕ


Artinya : Allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan”. ( QS. Al Mujadalah 11 )

6.      Suka bersedekah. kalau bisa tiap hari, walaupun hanya sedikit . 
   
                           Orang yang beriman kepada Allah akan memiliki sikap  kepribadian sebagai berikut :
a.       ia sadar bahwa kenikmatan  yang ia peroleh dalam hidup ini berasal dari Allah maka ia bersyukur kepada Allah.
b.      Ia menyadari bahwa ia pasti akan mati dan akan mempertanggun jawabkan segala perbuatannya selama hidup di dunia. Karena itu ia akan bertingkah laku dengan baik .
c.       Ia menyadari bahwa dirinya selalu dilihat oleh Allah,maka ia selalu berusaha berbuat baik.
d.      Ia menyadari kelemahan dirinya, maka ia tak mau bersikap sombong dan takabur.  


Tanda-tanda orang beriman, antara lain: 

1.      Taat beribadah, seperti selalu mengerjakan salat lima waktu sehari semalam, membayar zakat, mengerjakan puasa pada bulan Ramadan, pergi naik haji jika mampu dan menjauhkan diri dari perbuatan keji dan mungkar.
2.      Berbuat baik kepada ibu-bapak, tidak menyakiti hatinya, tidak berkata kasar atau menghardiknya, membantunya, jika mereka memerlukan bantuan. Harus hormat dan penuh kasih sayang kepada mereka yang telah memelihara, mendidik dan membesarkan kita.
3.      Berbuat baik kepada sesama manusia. Harus saling tolong menolong, apalagi sesama muslim, tidak saling mencemoohkan, menjauhi segala perbuatan yang menimbulkan rasa permusuhan, saling harga menghargai.


B. IMAN KEPADA MALAIKAT




Malaikat (ilustrasi)



Salah satu tanda orang yang taqwa kepada Allah adalah beriman kepada yang Gaib. Salah satu Iman kepada yang gaib adalah beriman kepada malaikat . Allah berfirman :

ﺫ ﻟﻚﺍﻟﻜﺘﺐﻻﺭﯾﺐﻓﻴﻪ ﻫﺪﺍﻟﻟﻤﺘﻘﻴﻦﺍﻟﺬﯾﻦﯾﺆﻣﻨﻮﻥﺑﺎﻟﻐﻴﺐﻭﯾﻘﻴﻤﻮﻥﺍﻟﺼﻠﻮﻩﻭﻣﻤﺎﺭﺯﻗﻨﻬﻢﻳﻨﻔﻘﻮﻥ


Artinya : “ Kitab ( Al Qur’an ) ini tidak ada keraguan padanya , petunjuk bagi mereka yang taqwa , yaitu mereka yang beriman kapada yang gaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian hartanya yang kami anugrahkan kepada mereka ( QS. Al Baqoroh : 2- 3 ) 

Dengan beriman kepada Malaikat manusia dapat memmenuhi kehendaknya yang selalu ingin mengetahui hal-hal yang tidak terjangkau oleh panca inderanya. Hal-hal yang tidak terjangkau oleh panca indera manusia itu jika tidak ada jalan keluarnya maka manusia akan terpengaruh dengan cerita-cerita tahayul yang menimbulkan rasa takut . Ada pohon beringin  yang besar dianggap sakti, menyediakan sesajen di bawah pohon besar yang dianggap keramat, yang diyakini dapat menyelamatkan manusia. Perbuatan ini tidak benar menurut ajaran islam.                                                                                                                       
Orang yang beriman kepada Malaikat akan bebas dari rasa takut, tidak percaya kepada tahayul, tidak akan berbuat sesajen seperti uraian di atas.                                                                                                                                
                           Dengan beriman kepada Malaikat manusia akan berhati-hati dalam bertingkah laku. Karena ada malaikat yang mencatat setiap perbuatan yang baik dan yang buruk, yaitu Malaikat Rakib dan Malaikat Atid yang nanti akan ditanya di alam kubur, segala perbuatan kita.                     
                           Semua uraian di atas menunjukan bahwa beriman kepada malaikat suatu kewajiban.

                 
                           C. IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH 


             
                   

Kitab Al Qur'an




Iman kepada kitab-kitab Allah termasuk rukun iman yang ketiga. Beriman kepada kitab-kitab Allah artinya menyakini bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada Rosulnya melalui Malaikat Jibril.  

Kitab-kitab yang diturunkan Allah itu untuk pedoman hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat. Kitab-kitab itu ialah Tauret kepada Nabi Musa, Zabur kepada Nabi Daud, Injil kepada Nabi Isa, Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW.

Al-Quran adalah kitab Allah yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Quran kitab suci umat islam. Al-Quran diturunkan Allah untuk pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, dan berlaku sepanjang masa sampai hari kiamat nanti.

Dalam Al-Quran dijelaskan tata cara hubungan manusia dengan Allah, seperti tata cara mengerjakan salat, tata cara berpuasa, cara beriman kepada Allah dan sebagainya. Selain itu dijelaskan pula cara bergaul dengan sesama manusia, menghormati ibu bapak, dan bergaul dengan tetangga.

Manusia hidup perlu petunjuk agar kita mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.Kita harus beriman kepada Al-Quran. Karena Al-Quran pedoman hidup bagi manusia. Karena itu jika kita ingin hidup selamat di dunia dan di akhirat kita harus mengamalkan hidup bagi manusia.


D. IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH




Nabi Muhammad saw



Laillahaillahaillalloh muhammadarosululloh


Nabi Musa as (ilustrasi)



Rasululloh Muhammad saw



       Kita ketahui kehadiran para Rasul adalah untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar. Jika umat manusia tidak dibimbing oleh para rasul maka manusia tidak akan mengetahui: 
1.      Bagaimana semestinya berhubungan (ibadah) kepada Allah.
2.      Manusia tidak akan mengetahui secara jelas mana yang haram dan mana yang halal.
3.      Bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja, tetapi ada kehidupan di alam lain sesudah mati. Manusia selama hidup di dunia harus bertingkah laku yang baik, berlomba-lomba berbuat kebaikan.
4.      Manusia tidak akan mengetahui cara bergaul dengan sesama manusia, seperti bergaul dengan ibu-bapak, dengan tetangga, dengan saudara, kewajiban terhadap jenazah, hubungan laki-laki dengan perempuan dalam berumah tangga harus diikat dengan tali perkawinan, tidak boleh berbuat semaunya saja, dan sebagainya.

Jika tidak ada petunjuk dan bimbingan dari para rosul kepada umat manusia, akan terjadi kekacauan dan
pertentangan yang berkepanjang. Karena manusia akan menggunakan akal  pikirannya msing-masing yang saling berbeda. Demikian juga kita harus beriman kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah yang terakhir. Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 40:

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia   
adalah Rasulullah dan penutup para Nabi.
    
Ayat di atas menunjukan bahwa tidak ada Nbi atau Rasul sesudah Nabi Muhammad SAW. Siapa saja yang mengaku sebagai Nabi atau Rasul sesudah Nabi Muhammad SAW maka hal ini sangat bertentangan dengan Al-Qur’an. Orang  yang percaya kepada kebenaran Al-Qur’an adalah kafir.


E. IMAN KEPADA HARI AKHIR

Kita harus beriman kepada hari akhir dapat dilihat pada uraian di bawah ini:
 1. Setiap manusia pada akhir pasti mati, titak kekal.    
     Setiap tumbuh-tumbuhan pada akhirnya layu dan tidak kekal. 
     Setiap benda, seperti sepada, bangku, lemari, buku dan lain-lain,pada akhirnya rusak dan lenyap, 
     Tidak kekal.
 2. Bumi dan alam raya ini, seperti matahari nanti pada akhirnya akan berkurang kekuatan
     Cahayanya, akibatnya membawa malapetaka bagi kehidupan manusia.

Menurut geologi dalam perut bumi ada gas-gas panas yang selalu mendesak-desak keluar, sehinggaterjadi gempa. Lama kelamaan gas panas pada perut bumi akan mendingin. Akibatnya bumi akan pecah karena tekanan atmosfer dari luar, sehingga terjadilah kiamat. Jadi menurut ilmu pengetahuan, kiamat itu pasti terjadi. Bagi umat islam, hari kiamat itu pasti terjadi, sebab sudah dijelaskan melalui firman Allah dalam surat At-Takwir ayat 1-6:             

Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan. Dan apabila gunung-gunung dihancurkan. Dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan).Dan apabila bintang-bintang liar dikumpulkan. Dan apabila lautan dipanaskan.”

Dari uraian di atas kita ketahui bahwa beriman kepada hari akhir merupakan  kehausan. Dengan demikian terdapat kesalahan antara pernyatakan Al-Qur’an dengan teori ilmu pengetahuan, bahwa akan terjadinya hari kiamat.

Apakah kehidupan manusia akan selesai begitu saja, setelah ia mati? Kehidupan manusia di dunia ini ada yang menganiaya, ada yang membunuh orang semena-mena, ada yang merampas harta orang lain, ada yang sewenang-wenang karena kekuasaannya, karena dapat menutup kesalahannya, dapat bebas dari hukuman.
Menurut akal yang sehat dan perasaan keadilan, orang yang berbuat kejahatan, tidak bisa bebas dari hukuman. Pasti akan adanya keadilan illahi. Orang yang berbuat jahat pasti akan mendapat hukuman. Tidak mungkin sama antara orang yang berbuat baik dengan orang yang berbuat jahat dan keji.

Begitu pula banyak orang telah berbuat baik, seperti telah membantu dan menolong orang lain sampai menjadi kaya, tapi dia sendiri tidak dapat apa-apa. Ada yang telah berjuang dan berkorban, tapi dilupakan orang jasanya. Ada orang yang telah menegakkan kebenaran ajaran agama, kurang mendapat perlakuan yang baik tetapi menurut ajaran islam, orang yang telah berbuat baik pasti akan mendapat balasan yang baik pula. Pasti ada keadilan illahi!

 “Patutlah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusuhan di muka bumi?Patutlah (pula) kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat?. (QS. Shaad:28)

Dari uraian di atas memang kita harus beriman kepada hari akhir. Karena pada hari akhir itulah allah mengadakan pembalasan terhadap manusia yang berbuat baik dan yang berbuat kejahatan.
Jadi manusia yang berbuat jahat, menganiaya orang lain, mengambil hak orang lain, mencari kekayaan dengan jalan tidak halal, melakukan korupsi, memperminkan kehidupan orang lain, jangan beranggapan akan bebas dari hukuman Allah.



langi terbelah (ilustrasi)


langit digulung (ilustrasi)

taman eden - firdaus - surga (ilustrasi)


F. IMAN KEPADA QADA DAN QADAR



qada da qadar (ilustrasi)

Qada Allah artinya keputusan Allah terhadap  sesuatu yang akan terjadi. Qadar Allah artiya kehendak Allah terhadap sesuatu yang telah terjadi.

Seseorang  sakit, dia pergi ke dokter. Iake dokter, tetapi tidak juga sembuh. Ia berobt lagi ke dokter yang lain, tetap saja tidak sembuh. Akhirnya ia meninggal dunia. Itulah qadar allah baginya.

Qada dan qadar Allah, tidak dapat diketahui manusia. Karena itu manusia harus berusaha. Qada dan qadar yang baik dan buruk kita serahkan kepada Allah. Bila kita telah berusaha, tapi gagal maka kita harus bersabar. Bila berhasil kita bersyukur kepada Allah.

Qada dan qadar yang baik dan yang buruk datangnya dari Allah. Manusia harus berusaha. Gagal atau berhasil tergantung kepada Allah. Itulh sebabnya kita dianjurkan berdoa kepada Allah dn berikhtiar.

Orang yang tidak percaya kepada qada dan qadar Allah, berarti tidak percaya kepada
Kekuasaan Allah. Bila ia gagal, ia qadar Allah menumbuhkan semangat rajin bekerja, rajin
Belajar. Oleh karena itu kita harus beriman kepada qada dan qadar dari Allah.
               


Wallohualambishawab